Chapter Sembilan Belas

47 32 42
                                    

Happy Reading 🌹

"Lo nagpain bawa gue ke sini?" Danina tidak habis pikir, untuk apa lelaki itu membawanya ke rumah sakit? Apa laki-laki itu tengah sakit dan ingin memintanya menemaninya berobat? Atau ada orang sakit yang harus dia kunjungi? Jika dipikir-pikir mengenai orang sakit, kenalan dia yang tengah sakit adalah Kya. Apa jangan-jangan...

"Kya mau ketemu lo," ucap Jevano setelah melepas helmnya.

"Atas dasar apa?" Danina mulai mengikuti langkah Jevano yang kini menggandeng tangannya.

"Di mau ngomong sesuatu sama lo, gue mohon nanti kalo lo lagi sama Kya jangan ngomong macem-macem."

"Lo sesayang itu ya sama Kya?" Entahlah, tidak ada angin, tidak ada hujan, kalimat itu meluncur begitu saja menjadi sebuah pertanyaan. Padahal sebelumnya sama sekali tidak terbesit di benaknya.

Javeno diam tanpa ada tanda-tanda menjawab, lelaki itu fokus pada langkahnya hingga keduanya sampai di sebuah ruangan yang dia yakini kamar inap Kya.

"Lo masuk duluan." Jevano membuka pintu kamar Kya pelan, lelaki itu tampak tersenyum ke arahnya sebelum dia melangkah masuk ke dalam. Gadis itu menatap sekeliling, Danina yakin Kya bukan orang biasa mengingat yang ditempati oleh Kya adalah kamar VVIP.

Di atas brankar seorang gadis tengah terbaring dengan beberapa alat media di tubuhnya, Danina meringis melihatnya, sepertinya Kya memiliki penyakit yang cukup serius. "Kya.." panggil Danina pelan kemudian tersenyum lembut. Benar kata Jevano yang memintanya untuk tidak mengatakan hal yang macam-macam.

"Kak Jevano. Kak Danina.. Kakak Dateng?" Suara Kya begitu parau, rasanya Danina ingin menangis mendengarnya. Apalagi di dalam ruangan itu tidak ada siapa pun yang tertangkap oleh mata Danina, benar-benar hanya Kya seorang diri. Sebagai seseorang yang sering sendiri, Danina paham bagaimana rasanya.

"Gimana keadaan Kya sekarang?" Tanya Danina seraya mengusap puncak kepala Kya lembut, begitu hangat seperti seorang Kakak. Apa boleh setelah ini Kya menganggap Danina sebagai seorang Kakak? Kya dapat merasakan kehangatan dari sosok di depannya.

"Kya udah mendingan, Kak. Makasih udah dateng." Kya bergerak mencoba mengubah posisinya menjadi duduk.

"Pelan-pelan Ky.." Dengan telaten Jevano membatu Kya merubah posisinya.

"Kak Jevano boleh tinggalin gue sama Kak Danina?" Kya menatap Jevano lembut tentu tak kalah dibalas lembut oleh Jevano.

"Gue nitip Kya sebentar," ucap Jevano menepuk pundak Danina pelan setelah itu berjalan keluar meninggalkan keduanya.

Kini tinggal Danina dan Kya di ruangan itu, tiba-tiba saja suasana menguarkan rasa canggung. Apa yang harus Danina katakan? Bagaimana dia memulai? Dia tidak terlalu dekat dengan Kya. Kira-kira apa yang akan Kya katakan? Danina penasaran.

"Kak."

"Ky."

Keduanya saling beradu mata, Danina, gadis itu bukannya mendengae perkataan Kya, Danina malah balik memanggil nama gadis itu. "Makasih ya Ky... Udah bertahan, makasih karena udah hadir di hidup Jevano, makasih udah jadi penompang buat dia. Makasih ya Ky..." Danina tersenyum, menjeda ucapannya, gadis itu menarik napasnya dalam kemudian membuatnya perlahan.

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang