Chapter Tiga Belas

59 34 52
                                    

Happy Reading🌹

"Ya.. gue sayang sama lo Danina."

Satu kalimat, namun mampu menghancurkan Danina, dia menyukai Jevano, nyaman terhadap laki-laki itu. Tapi ketika Jevano mengatakan kalimat itu, bukan kebahagian yang Danina rasa, melainkan rasa sakit yang entah mengapa seperti tengah mencubit hatinya.

"Dan..." Panggil Jevano melihat diamnya Danina, wajah gadis itu begitu shock, bahkan sampai manatap horor ke arah Jevano.

"Lo gak boleh jahatin Kya!" Ucap Danina dengan nada sedikit tinggi.

"Dan... Lo tau gimana rasanya kehilangan? Lo gak tau 'kan? Karena lo pelakunya! Lo pergi tanpa pamit, gue udah nganggep Lo lebih dari sahabat! Lo selalu ada buat gue, di saat Mamah bandingin gue, jatuhin gue, lo satu-satunya yang banggain gue! Setiap Mamah bilang benci ke gue, lo selalu jadi orang yang ngungkapin rasa sayang ke gue. Dan di saat gue nyandarin semua hidup gue ke lo, lo pergi, Dan! Gue harus bersandar ke siapa? Gue sendirian, setelah itu.. Kya dateng ngisi kekosongan gue. Dan kenapa sekarang lo harus Dateng juga? Gue udah berusaha nganggep lo gak sama kaya dulu."

Jevano menjeda ucapannya, menarik napasnya dalam kemudian sejenak mengalihkan pandangannya dari Danina sebelum akhirnya dia kembali memandang gadis itu, tatapan itu... Tatapan terluka. "Setiap lo meluk gue, setiap lo nangis, gue tau lo terluka di saat itu gue selalu nemuin lo yang dulu. Gue gak mau balik... Lagipula keadaan udah berubah, tapi kenapa sejauh gue ngehindar dari lo, sejauh itu pula lo masuk ke kehidupan gue."

Danina menatap Jevano tanpa bersuara, tenggorokannya terasa tercekat,. Jadi dia menyakiti lelaki itu? Jadi.. keberadaan dia menjadi kesalahan lagi? Jadi.. tidak seharusnya dia bertemu Jevano.. iyakah?

"Dan.. di saat gue nerima lo.. kenapa lo mau ngejauh?" Jevano menunduk, memejamkan matanya, rasanya dia ingin menangis sekarang juga. Lelaki itu menarik napasnya dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan.

Sepi, di sana hanya ada keduanya. Suasana begitu mendukung sekarang. Lagipula siapa yang berkenan menghabiskan waktu istirahatnya di taman belakang sekolah yang keadaannya tidak terlalu terurus, orang-orang pasti lebih memilih kantin menjadi teman tujuannya. Hanya siswa yang memiliki niat terselubung yang mendatangi tempat itu.

"Lo gak pernah ngerasain gimana sakitnya kehilangan Dan. Jadi tolong jangan biarin gue ngerasa perasaan itu lagi," ucap Jevano, matanya menatap manik Danina begitu dalam, memang Danina dapat merasakan rasa sakit yang terpancar dari sana.

'Asal lo tau, Jev... Berapa kali gue ngerasain kehilangan, emang bukan kehilangan karena sosok itu pergi, tapi gue kehilangan rasa kasih sayangnya... Gue kehilangan sikap lembut seseorang. Lo tau Jev? Ayah ada di samping gue, tapi gue ngerasa Ayah itu jadi orang yang berbeda. Gue kehilangan sosok Ayah yang sebenarnya. Dan sosok Ibu.. gue kehilangan peran itu. Kak Raney.. dia juga berubah, gue gak nyalahin mereka, wajar kalo mereka berubah, ini salah gue. Gue juga ngerasain kehilangan, Jev. Apa menurut lo, gue gak kehilangan sosok Jevano?'

Jujur, rasanya Danina ingin mengatakan apa yang hatinya utarakan, namun lidahnya terasa begitu kelu. Biarlah hanya dia yang tahu masalahnya, Jevano tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Kalau pun dia bercerita, memang.. bagaimana cara memulainya?

"Gue juga kehilangan Jev.. gue kehilangan lo." Bolehkah Danina menangis?

"Dan Kya sakit... Gue tahu ini salah, tapi..."

"Sesat!" Danina menaruh jari telunjuknya di depan bibir Jevano, tidak membiarkan lelaki itu melanjutkan ucapannya.

"Gue mohon.. jangan pernah bikin Kya nangis, ya?"

"Enggak, Dan.. gue tahu ini salah, gue tahu ini egois." Jevano memegang tangan Danina, lelaki itu memilih melanjutkan kalimatnya. "Tapi.. biarin gue sayang sama lo selama gak ada Kya."

Her Roses and Whispers (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang