Kabataku

78 11 4
                                    


Belajarlah menjalani hidup seperti operasi hitung matematika, mengalikan suka cita, membagi kebahagiaan, menambah keceriaan, dan mengurangi kesedihan.
Kabataku ×÷+-


Hallo Kak, kembali lagi di cerita ini. Saran aku mulai siapin tisu pas mau baca bab ini. Tapi kalau belum percaya bakal sesedih itu, gapapa, kakak orang yang kuat.

Jangan lupa follow dan vote ya, karena semua itu sangat berharga untuk penulis. Happy reading :)

▪︎
▪︎
▪︎
▪︎
▪︎

Abin terlihat sedang duduk di teras rumah. Matanya seakan menembus langit karena begitu dalam dirinya berpikir saat itu. Suara lalu lalang kendaraan menjadi musik yang menemaninya malam itu. Sesekali dirinya berdiri saat suara sepeda motor mendekat.

Anand menghampiri abangnya untuk menemani lamunan sunyi.

"Belum tidur Bin?"

"Nunggu Dodo pulang Nand. Vino gimana kondisinya?"

"Dia banyak diam Bin. Aneh jadinya."

"Vino pasti syok. Sama seperti kita yang syok mendengar apa yang dikatakan oleh Dodo."

"Iya Bang. Dari tadi Anand juga udah melow banget, membayangkan Dodo kalau Dodo benar-benar pergi. Kita kan selalu bersama sejak dulu, dari sejak lahir si kembar kita asuh bersama Bin. Kasihan Dodo kalau tinggal sama papa bakal sendiri dan kesepian." Mata Anand mulai berkaca-kaca.

"Iya Nand, abang juga nggak bisa membayangkan pisah sama Dodo setelah semua yang kita lewati."

"Bin, sebenarnya ada sesuatu yang ingin Anand sampaikan tentang Dodo. Sejujurnya Anand sudah janji sama Dodo kalau nggak akan bilang ke Abin. Tapi, sepertinya Abin perlu tahu secepatnya."

"Tentang apa Nand? Papa?"

"Dodo akhir-akhir ini suka mimisan Bin."

"Suka? Bukan sekali itu aja? Berapà kali mimisannya? Pusing nggak kepalanya? Kenapa nggak bilang Nand?"

"Maaf Bin, Dodo melarang banget sampai mohon-mohon."

"Udah periksa ke dokter?"

"Belum Bin." Anand semakin bersalah.

"Nanti pas pulang, Abin langsung cek anaknya. Dodo memang terlihat kuat dan aman, tapi kalau ada kondisi yang tidak biasa, harus segera dikonsultasikan ke dokter."

"Iya Bin, Anand benar-benar minta maaf, nggak seharusnya Anand ikutin maunya Dodo. Semoga Dodo baik-baik saja." Anand tertunduk karena sangat merasa salah dan khawatir akan kondisi Dodo.

"Iya gapapa, Nand. Abin tahu pasti kamu luluh sama Dodo. Sekarang kamu cek Vino ya, pastiin dia sudah tidur, setelah itu kamu juga istirahat. Abin mau bicara banyak sama Dodo."

"Iya Bin. Anand masuk ya."

***

Dodo baru saja tiba di halaman depan dan sedang memarkir sepeda motornya. Fisik yang lelah terlihat dari wajahnya. Abin sudah menyimpan ponselnya dan langsung mendekati pintu saat mendengar suara mesin motor Dodo.

Dilihatnya dari balik tirai, sang adik baru melepas helm biru dari kepalanya. Senyum tipis tersungging dari kedua bibir Abin.
Kenakalan apapun yang dibuat oleh adiknya, pasti akan selalu patuh saat Abin menyuruh sesuatu.

MATH PRINCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang