Angka 17 yang menakjubkan!
Sebuah fase yang tepat untuk menjadi sosok yang menakjubkan dengan cara sendiri.
Kamu telah menjadi dewasa.
♡
♡
♡Dodo amat terkejut dengan semua ini, penjelasan yang baru saja didengarnya dari Abin, seakan meruntuhkan dunia sekali lagi yang baru saja disusun dari kepingan luka.
Kenapa bisa ayahnya yang menjadi pelaku tabrak lari sehingga papa Dirgantara meninggal dunia. Kaki Dodo tiba-tiba menjadi lemas tak bertenaga untuk menopang tubuhnya. Abin sigap menopang tubuh Dodo yang hampir terjatuh.
"Dodo tenang dulu, ini semua belum pasti karena masih dalam proses pemeriksaan. Sangat mungkin ini semua salah." Abin berusaha menenangkan Dodo dan membantunya duduk.
"Nand, besok tolong anter mereka kuliah ya dan jemput juga karena sepertinya besok seharian Abin sama Om Baskara akan mengurus masalah ini ke kantor polisi."
"Iya Bin. Tenang aja, fokus aja, si kembar aman sama Anand."
"Dodo jangan lupa diminum obatnya. Besok kan jadwal Dodo kemo ya, kalau urusan Abin sudah selesai, Abin akan temani Dodo kemo. Semua ini masih dalam proses pemeriksaan, jadi belum tentu Om Satya." Abin mengusap-usap rambut Dodo. Dia sangat menyadari betapa hati Dodo ketakutan kembali kali ini. Dirulinya tak bisa membayangkan jika kenyataan berkata bahwa Om Satya pelakunya pastilah Dodo kembali menderita.
"Abin tenang saja, Vino bisa temani Dodo kemo jika Abin masih banyak urusan. Abin jangan lupa makan karena pasti hari-hari Abin akan sibuk." Vino melingkarkan tangannya di pundak Abin, berusaha memberikan sedikit kekuatana bahwa adik-adiknya akan baik-baik saja.
Malam ini sungguh indah, banyak bintang bertaburang di langit. Suasana hati yang berkemelut dengan berbagai pikiran yang tak pasti seketika terhapus dengan indahnya lukisan langit.
Dodo memandang langit yang penuh dengan bintang dari balkon kamarnya. Dirinya teringat ucapan papa Dirgantara saat mereka berada di Harvard, saat Kita menatap langit semua masalah menjadi kecil dan tak berarti.
***
Anand sudah menunggu kedua adiknya diparkiran. Vino mengatakan bahwa dia sedang mencari Dodo karena tak menemukannya dimanapun. Rasya, teman satu kelas Dodo memberitahukan pada Vino kalau Dodo ada di gudang belakang kampus.
Vino bergegas menuju gudang belakang kampus. Saat Vino sampai di sana, dia melihat Dodo sudah dalam kondisi yang mengenaskan.
Dodo tergeletak di atas tanah, seluruh tubuhnya basah, berbau amis dan bertaburan tepung. Tas dan isinya juga berhamburan di tanah. Banyak uang kertas berserakan dalam jumlah yang banyak.
Ada sekitar sepuluh anak di sana yang sepertinya mereka yang membuat Dodo sedemikian rupa.
"Woy, lu apain kembaran gue?!" Teriak Vino dengan lantang.
"Vin, ngapain masih anggap dia kembaran. Nggak tau diri anak ini!" Ucap salah seorang diantara mereka.
"Apa lu sok ngatur-ngatur hidup gue? Berani lu semua? Sini maju semuanya!" Tantang Vino dengan gagah berani.
"Bapak dia sudah bunuh bapak lu Vin!" Ujar yang lainnya.
"Sok tahu banget sih kalian. Belum pasti itu! Jangan sok si paling tahu!" Vino menimpali.
"Ini anak cuman mau ambil uang kalian aja. Sama kayak bapaknya! Nih buktinya, ditasnya ada uang segini banyak!" Anak lain ikut bicara.
"Jangan asal nuduh saudara gue lu ya! Kesabaran gue menguap, habis lu semua!" Vino semakin geram dengan orang-orang itu, tangannya sudah gatal untuk melayangkan tinjunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH PRINCE
Teen FictionMatematika itu mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini. Meraih kasih sayang dari orang tersayang itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Math prince adalah cerita fiksi yang menceritakan empat orang kakak beradik yang super cerdas dan suka banget...