Belajar dari matematika dengan menjalani hidup layaknya angka 16 yang disebut sebagai angka penyelesaian, mampu menjadi solusi dalam setiap keadaan. Bisa menjaga diri sendiri dan orang lain.
♡
♡
♡Dodo membersihkan dan mengobati luka Satya. Wajah mereka saling berhadapan hingga terdengar hembusan nafas keduanya.
"Pulanglah, luka ini bisa aku urus sendiri." Satya mengambil salep dari tangan Dodo dan mengolesinya sendiri.
"Dodo sudah bilang akan menginap malam ini disini."Jawab Dodo sambil merapikan kotak P3K, lalu mengambil kotak makan yang dia bawa tadi.
"Ayah, kita makan dulu ya sekarang, Dodo bawa ini, semuanya aku siapkan sendiri." Menyodorkan kotak makan yang berisi telur dadar, nasi, dan tumisan dengan penuh antusias.
Satya melihat sekilas apa yang dibawa anaknya itu, dan melanjutkan memgurus lukanya lagi.
"Lain kali tidak usah ikut campur terkait apapun." Ucap Satya dengan penuh penekanan.
"Ayah sudah menolong Dodo, mana mungkin Dodo membiarkan Ayah dalam bahaya seperti tadi."
"Kamu tidak tahu apa-apa jadi sebaiknya begitu saja selamanya. Tidak perlu menyiapkan uang yang tadi dia minta. Kamu pulang saja tak perlu menginap disini." Ucap Satya datar.
Dodo terdiam sejenak mendengar perkataan ayahnya, dirinya merasa bahwa sang ayah tak menyukai apa yang dia lakukan tadi.
"Maafkan Dodo jika hal ini menyinggung dan tidak membuat ayah nyaman. Tapi, izinkan Dodo membantu ayah kali ini. Dodo khawatir ayah akan disakiti oleh orang-orang tadi. Dodo punya tabungan jadi ayah tenang saja."
"Kamu merasa hebat dengan memiliki uang? Sekarang juga kamu pulang dan tak perlu datang ke sini lagi!" Satya bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar membiarkan Dodo sendirian di ruang itu.
Dodo tertegun mendengar ucapan dan reaksi dari Satya. Dirinya menyadari bahwa Satya terluka dengan perkataannya.
Ayah, Dodo pulang ya, tadi Dodo berpikir akan tetap tidur disini tapi pasti ayah tidak suka. Dimakan ya Ayah, ini makanan Dodo sendiri yang buat.
Dodo menuliskan pesan disebuah kertas yang diletakkan di atas kotak makan yang dia bawa, kemudian perlahan Dodo meninggalkan rumah Satya dalam keheningan.
***
Abin langsung mendatangi kelas Dodo dan menarik tangannya keluar. Mereka saling duduk berhadapan. Abin menatap Dodo dengan menyilangkan kedua tangannya, hal ini cukup membuat Dodo ciut.
"Kemana semalam?" Tanya Abin menginterogasi.
"Ke rumah Ayah." Jawab Dodo gugup.
"Tidur di mana?" Tanya Abin lagi.
Dodo cukup lama berpikir untuk menjawab pertanyaan itu, hingga Abin kembali berkata, "Jujur, kamu tidak pandai berbohong Do."
"Rumah Rasya, Bin. Maaf Bin Dodo salah udah nginep di rumah Rasya tanpa bilang." Dodo tertunduk tak berani menatap.
Dodo menyadari bahwa Abin sudah mengetahui bahwa dirinya tidak menginap di rumah Ayah. Mungkin tadi Abin menjemputnya di rumah ayah.
"Tadi pagi-pagi Om Satya mengantarkan dompet kamu yang tertinggal."
Dodo baru sadar ternyata dompetnya ketinggalan.
"Kenàpa tidak pulang ke rumah kalau tidak jadi menginap? Malah tidur di rumah orang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH PRINCE
Teen FictionMatematika itu mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini. Meraih kasih sayang dari orang tersayang itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Math prince adalah cerita fiksi yang menceritakan empat orang kakak beradik yang super cerdas dan suka banget...