GalAle : 61

56.6K 3.4K 729
                                    

Ceklek

Pintu ruangan rawat Aleta di buka oleh suster, suster tersebut masuk sambil mendorong sebuah kasur bayi. Aleta langsung bersemangat saat melihat bayi kecil yang belum bisa membuka matanya itu.

ini pertama kali ia melihat anaknya yang telah ia kandung selama 8 bulan walaupun ia juga sedikit bersedia karena seperti tidak adil karena anak ini lahir belum pada waktunya.

Tapi walaupun begitu Aleta tetap bersyukur karena anaknya masih diberikan kehidupan oleh Tuhan.

Suster mendorong kasur bayi se samping kasur Aleta, "Bu tolong anaknya  diberi asi, ya," ujar suster tersebut.

Aleta langsung mengangguk paham, "sudah tidak butuh inkubator lagi, sus?"

Suster menggeleng, "sudah tidak perlu, Bu, ini sudah satu Minggu, kata dokter bayinya begitu kuat makanya dia sudah bisa tanpa inkubator."

Aleta mengangguk senang, "baik kalau begitu, terima kasih suster."

Dengan perlahan Aleta mendekat kearah kasur bayi tersebut, ia tersenyum sambil menyentuh tangan bayinya yang tiba-tiba menggenggamnya.

Argala terbangun dari tidurnya, kemarin lelaki itu begadang untuk menemani Aleta. Argala mengucek matanya untuk menetralkan pandangannya.

Argala menyipitkan pandangannya melihat Aleta yang sedang bermain dengan bayi kecil.Karena penasaran Argala pun mendekat.

Aleta menatap Argala yang mendekatinya, "kak, lihat ini, dia lucu banget," kaya Aleta yang sejak tadi menyentuh-nyentuh bayi yang baru beberapa Minggu itu.

"Lucu kan, anak aku," ucap lanjutannya.

Argala menggerutkan keningnya tidak terima, "anak kita, lo hamil sama siapa kalo gak gue yang buat."

Aleta mengerucutkan bibirnya, "stt.. jangan berisik-brisik nanti dia Sio nangis," kata Aleta kembali menatap bayi mungil itu.

Argala menaikkan satu alisnya heran, "siapa Sio?" Tanya Argala.

"Dia namanya Sio, Maxio." Jawab Aleta dengan santai.

"Dapet dari mana, lo, nama Maxio?"

Aleta menoleh, "nama kakek kamu, Maxio kan? Yaudah aku pake, mungkin aja dia bisa melepaskan rindu kamu kek kakek kamu."

"Tau dari mana, lo, nama kakek, gue?"

Aleta menghela nafas, "Rahasia, ubah logat bicara kamu, jadi aku-kamu, nanti aku kasih tau, jadi kesel aku denger lo-gue dari mulut, kamu!"

Tiba-tiba mood Aleta sedikit buruk, entah karena apa panggilan Argala yang memakai lo-gue itu membuat hati kecil Aleta sedikit tergores, padahal ia sudah biasa Aleta mendengar itu.

Argala sendiri ikut menjadi bingung. sialan, umpatnya, kini Aleta telah menyuruhnya menggunakan kata panggilan aku-kamu. Argala sangat jarang menggunakan aku dan kamu karena lelaki itu sudah terbiasa dengan panggilan gaul yaitu lo-gue.

Bahkan memanggil bundanya lu ia tidak pernah dengan aku dan kamu, dia selalu memanggilnya Bunda.

"Kak, ayo."

paksa Aleta, supaya Argala tidak keterusan memanggilnya lo-gue,  sebenernya saja Aleta tidak masalah dengan panggilan tersebut, namun Argala memang harus melakukannya karena lelaki itu sudah memiliki satu anak seharusnya ia harus memberikan contoh yang baik untuk anaknya nanti.

Aleta terus menatap Argala menunggu lelaki itu mengatakan kalimat yang sama seperti pertanyaan sebelumnya.

"Sekarang?" Tanya Argala.

 ARGALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang