Lisa POV
Sejak tadi kami bicara setelah makan siang. Jennie menyuapiku karena dia tahu aku lelah, padahal aku hanya ingin dia menyuapiku saja itu hanya alasanku. Aku tidak selemah itu untuk makan. Tapi aku berhasil dengan akting ku, aku mendengar tadi Mina bicara dengannya dan Mina mengatakan kalau aku baru saja menjalankan rapat yang panjang. Aku hanya merealisasikan itu dengan bersikap seperti orang yang tidak punya tenaga.
Aku bertanya bagaimana Paris. Jujur saja aku hingga sekarang belum melihat Jennie ketika dia Paris padahal itu tayang di mana mana.
Dia menceritakan setiap detail yang terjadi, dari dia bertemu CEO Chanel kemudia bertemu orang orang fashion di sana. Dia sedikit bersemangat namun juga masih sedikit gugup. Kami agak canggung tapi Jennie berusaha menghindarinya, begitu juga denganku. Aku berusaha cair.
"Aku bertemu Anna Wintour, itu untuk ke tiga kalinya dan aku masih gugup." Katanya.
"Aku pernah makan siang bersamanya, karena saat itu Ayah ku rapat dengan pemilik LVMH, Mr. Arnault. Waktu itu Anna menjadi penasehat fashion, tapi aku tidak terlalu mengerti. Saat itu aku masih berusia 15 tahun." Aku menyambung, aku juga ingin berbagi pengalamanku agar kita seimbang.
"Kau bertemu orang orang yang berbakat diusia mu yang sangat muda. Kau hebat." Dia tersenyum.
"Aku hanya ikut dengan Ayah ku karena waktu itu aku sangat ingin melihat menara Eiffel. Aku belum mengerti apa apa saat itu. Tapi ngomong ngomong, apa acara itu berjalan lancar? Kau menikmatinya?" Aku bertanya.
"Aku tidak terlalu menikmatinya karena aku banyak memikirkanmu." Jennie berucap pelan.
Aku merasa bersalah lagi.
"Tapi tidak apa, aku merasa lebih lega sekarang. Kau membantuku untuk tidak semakin overthinking." Mendengar itu aku tersenyum. Jennie memiliki hati yang lembut.
Aku melirik tangannya, mencoba meraihnya. Tuhan, bantu aku. Aku seperti tidak pernah berkencan sebelumnya, aku sangat gugup. Ini pertama kalinya lagi bagiku merasakan hal seperti ini, setelah berakhir dengan Nancy beberapa bulan yang lalu aku tidak pernah lagi.
"Bolehkah?" Aku meminta izin.
Jennie mengangguk pelan, rasa gugupku bertambah saat dia menimpuk tanganku dengan tangannya yang satunya lagi. Ini gila.
"Aku boleh jujur?" Aku bertanya.
"Aku merasa sangat gugup, kau tahu? Lihat, tanganku gemetar kau pasti bisa merasakannya." Aku berbicara sambil melihat tanganku yang menggenggam tangannya.
"Kau lucu." Jennie terkekeh.
"E-Eoh? T-Thank you." Fuck, ini seperti switch. Aku yang selalu gugup saat bicara sekarang.
Aku mengerutkan dahiku, lucu? Tidak ini tidak lucu, ini menegangkan.
Suasana menjadi hening kembali. Aku tidak melepaskan genggamanku padahal tanganku mulai berkeringat, rasa gugupku tak kunjung hilang.
"Aku-"
"Mulai besok aku yang akan mengantar dan menjemputmu, kau tidak perlu mengemudi sendiri ataupun merepotkan Bambam." Aku memotongnya, memberinya senyum yang tegas.
"Setiap pagi aku akan datang menjemputmu sebelum datang ke kantor, penthouse ku tidak jauh dari rumah. Dan ketika sudah waktu pulang aku akan menunggumu dan mengantarmu pulang ke rumah kemudian aku akan kembali ke penthouse, jangan khawatir kau sama sekali tidak merepotkanku. Sepertimu, aku juga harus menjalankan kewajibanku sebagai orang yang bertanggung jawab atas pernikahannya." Sambungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Queen of Manoban | JENLISA ✔️
FanfictionPernikahan yang tidak sesuai harapan Lisa, dia terpaksa menjalaninya dengan hampa. Hanya dilandasi keinginan kedua orang tua menjadikan mereka pasangan menikah. "Kita mungkin sudah menikah, tapi aku bukan milikmu jadi berhenti bersikap seolah aku mi...