Lisa sedang berada di kantornya, duduk sambil melihat layar ponselnya. Dia sedang menunggu istirahat makan sembali bertukar pesan dengan kekasihnya, Nancy. Lisa melihat notifikasi dari Nancy dan langsung tersenyum.
Nancy
OnlineApa kau sudah makan? Mari makan siang bersama. - 12.01 PM
Lisa
OnlineAku akan ke penthouse sebentar lagi, mungkin sekitar 10 menit. - 12.01 PM
Nancy
OnlineOke, aku menunggumu. - 12.02 PM
Lisa tidak membalasnya lagi. Dia kemudian mengambil blazer dengan logo Celine di dada kiri miliknya dan berniat pergi dari sana. Tapi langkahnya terhenti karena Mina masuk.
"Ada apa Mina?"
"Jennie unnie datang menemuimu." Mina tersenyum kemudian membawa Jennie kedalam.
Mina tidak tahu kerenggangan antara mereka berdua. Mina merupakan sepupu Lisa dari Jepang dan juga bekerja sebagai sekretarisnya.
"Masuklah unnie." Jennie tersenyum malu-malu dengan totebag yang ada di tangannya.
"Bisa kau keluar, Mina-ya?" Mina mengangguki ucapan Lisa kemudian menutup pintu kaca itu. Seluruh ruangan menjadi hening seketika, tidak ada suara dari luar karena ruangan itu kedap suara.
Jennie menunduk, dia tidak berani menatap mata menyeramkan milik Lisa. "Kenapa kau berani datang kesini? Siapa yang mengizinkanmu?" Suara rendah itu membuat Jennie merinding.
"Maaf karena aku tidak meminta izinmu lebih dulu untuk keluar rumah." Jennie masih menunduk. Seharusnya Mina ada di sana agar hal ini tidak terjadi.
Lisa membuang napas dengan kasar, wanita di depannya membuat dia frustasi.
"Aku mengantarkan makan siang untukmu karena kau selalu melewatkan sarapanmu." Jennie tanpa berkontak mata langsung dengan Lisa, bukannya dia tidak ingin menghargai Lisa, tapi dia terlalu takut untuk menatap mata yang menyeramkan itu.
Lisa menendang totebag itu hingga isi dari kotak makanan yang di bawa Jennie tumpah di lantai kantor nya. "Aku tidak butuh ini. Berhenti dan urus saja urusanmu." Lisa berbicara dengan nada tidak peduli lalu pergi meninggalkan Jennie sendirian.
-----
Jennie POV
Melihat pemandangan sungai Han mungkin lebih baik. Aku tidak langsung pulang ke rumah setelah pergi dari kantor Lisa. Aku tertawa miris, kenapa dia begitu membenciku? Aku juga sama sepertinya yang terkejut dengan pernikahan kami. Tapi aku tidak bersikap buruk, aku berusaha memenuhi kewajibanku.
Aku menggigit jempolku membiarkan air mataku jatuh. Apa yang harus aku lakukan? Pernikahan kami belum lama tapi setiap hari aku dibuat menderita karena sikap dan kalimat yang keluar dari mulutnya. Aku tidak pernah melihat dia tersenyum padaku, wajah itu selalu menyeramkan dan selalu melihatku dengan mata yang penuh dendam, aku bahkan tidak bisa lagi menatap mata itu.
Aku ingat pertama kali aku bertemu dengan Lisa. Dia memang Lisa yang sama, tidak berbicara ataupun membalas senyumanku. Aku tidak tahu apa aku jatuh cinta padanya, tapi saat dia mengucapkan sumpah pernikahan dia menatap mataku dengan lekat. Sumpah demi sumpah yang dia ucapkan masih terngiang jelas di telingaku.
".. Aku Lalisa Manoban. Di hadapan Tuhan aku bersumpah akan menjadi pasangan yang baik untukmu, aku akan menghormati, menghargai, dan memperlakukanmu dengan baik. Kita akan menjalani hidup sebagai pasangan menikah bersama. Kita akan melewati susah senang bersama, untung dan malang, sehat maupun sakit, aku akan selalu mendampingimu hingga Tuhan menakdirkan maut untuk memisahkan kita..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Queen of Manoban | JENLISA ✔️
FanfictionPernikahan yang tidak sesuai harapan Lisa, dia terpaksa menjalaninya dengan hampa. Hanya dilandasi keinginan kedua orang tua menjadikan mereka pasangan menikah. "Kita mungkin sudah menikah, tapi aku bukan milikmu jadi berhenti bersikap seolah aku mi...