Lisa pulang kerumah sekitar pukul 11 malam. Di kantor hanya dia sendirian, tidak ada Mina yang membantunya karena Mina masih berada di Los Angeles karena menggantikannya. Perkerjaan akan menumpuk ketika tidak ada Mina yang membantu.
Dengan tubuh yang masih menggunakan setelan kantor, Lisa berjalan lurus kearah lift setelah keluar dari mobil. Melihat Lisa pulang, Jennie yang sejak tadi menunggu langsung berdiri dan mengikuti langkah Lisa yang bahkan tidak melihatnya sama sekali.
"Honey, aku pikir kau sangat sibuk di kantor, aku baru saja berencana untuk ke sana untuk memastikan tapi untungnya kau sudah pulang. Aku menyiapkan makan malam untukmu, ku kira kau akan pulang di jam biasanya-"
Jennie terhenti karena Lisa berbalik. Tatapan Lisa sama seperti dulu sebelum mereka akur. Amarah ada di sana, Jennie dapat melihat itu dengan sangat jelas.
"K-kau masih marah padaku?" Suara Jennie gemetar. Wajah Lisa masih sama, menatap Jennie datar tanpa ekspresi.
"A-Aku minta maaf, aku sangat ingin memelukmu aku membutuhkanmu, Lisa. Bersikap dingin dan diam tidak akan menyelesaikan masalah." Sambung Jennie lagi.
"Apa jika aku banyak bicara bayi itu akan menghilang begitu saja?" Lisa akhirnya bicara.
Jennie berjalan mendekatinya, hatinya masih sangat sensitif sehingga air matanya mulai turun. Lisa membuang pandangannya tidak ingin melihat itu.
"Kita berhubungan sex hampir setiap hari dan kau pikir itu tidak akan membuatku hamil?" Suara itu lembut dan sayu. Pikir Jennie, jika dia berbicara lantang pasti Lisa akan lebih dari itu.
"Jennie, aku memberimu solusi agar tidak hamil, tapi kau malah...." Lisa melihat langit langit rumahnya.
"Pill itu akan merusak kandunganku, Lisa.. Bagaimana kau mengerti? Dampaknya begitu besar jika aku terus mengonsumsinya karena kita yang bercinta setiap hari."
"Jika akan ada masalah dikandunganmu karena pill itu, maka kita bisa konsultasi ke dokter. Aku lebih baik menyembuhkanmu dari sebuah penyakit daripada kau hamil di saat yang tidak aku inginkan." Jennie menggeleng dengan ucapan Lisa.
"Jangan mengatakan itu."
Air mata Jennie terus keluar tanpa henti, Lisa membiarkan itu dia bahkan tidak repot repot menghapusnya.
"Lagipula kita masih harus menunggu sembipan bulan lagi, kau menginginkan waktu berdua bersamaku, kan? Kita akan cuti dari pekerjaan kita dan akan menghabiskan waktu bersama. Jalan jalan mengelilingi dunia, bawa aku ke tempat yang ingin kau ingin kita datangi. Kita hanya akan berdua. Hanya kau dan aku." Jennie meraih tangan Lisa, membujuknya lembut.
Lisa melepaskannya tangan Jennie.
"Aku butuh waktu yang lebih lama, kurang dari sembilan bulan tidak cukup untukku." Lisa kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Jennie.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi dan Jennie masih terjaga. Dia memandangi punggung Lisa yang berada di depannya. Jennie bergeser mendekati Lisa dan memeluk Lisa dari belakang. Jennie mengeluarkan rambut yang menutupi tengkuk Lisa kemudian meninggalkan beberapa ciuman di sana.
Air mata Jennie keluar lagi.
"Aku harus apa untuk membuatmu berhenti berpikir kalau bayi ini bukan hal yang buruk untuk pernikahan kita." Jennie mulai menangis tapi dia tidak terisak.
"Maafkan aku, Lisa-ya. Aku tidak bisa membunuh bayi ini. Ini anak pertama kita, kita tidak bisa menyia nyiakan nya." Gumam Jennie pelan.
Jennie lebih menempelkan tubuhnya di punggung Lisa dan mencoba untuk tidur. Lisa mulai bergerak, dia terbangun karena merasakan pergerakan dan juga basah di tengkuknya. Dia membuka matanya dan merasakan kalau Jennie memeluknya dari belakang. Lisa menoleh tapi tidak membalikkan tubuhnya. Helaan napas terdengar, dengan perlahan Lisa melepaskan tangan Jennie tapi Jennie tersentak dan membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be The Queen of Manoban | JENLISA ✔️
FanfictionPernikahan yang tidak sesuai harapan Lisa, dia terpaksa menjalaninya dengan hampa. Hanya dilandasi keinginan kedua orang tua menjadikan mereka pasangan menikah. "Kita mungkin sudah menikah, tapi aku bukan milikmu jadi berhenti bersikap seolah aku mi...