32. Dilemma

2.6K 292 18
                                    

"You late! Kita tertinggal pesawat."

Lisa menatap wajah Mina yang sepertinya sudah sangat kesal. Setibanya di airport Lisa disambut oleh ocehan sekertaris yang merupakan sepupu dekatnya itu.

Bagaimana tidak? Seharusnya mereka berangkat pukul 9 pagi tadi tapi Lisa baru tiba sepuluh menit setelahnya. Itu bahkan sudah sangat terlambat. Mina yang bahkan mendadak saja tiba lebih dulu di sana.

"Santailah Mina. Kita bisa pergi dengan private jet milikku, tidak perlu mengomel." Lisa memutar matanya kemudian memanggil Bambam.

"Kau tahu tugasmu kan?"

"Nde, Ma'am."

"Geure, siapkan kurang dari 30 menit." Bambam langsung mengangguk kemudian pergi bersama pengawal lainnya. Mina melihat Lisa dengan tatapannya yang masih sangat kesal. Pagi ini Lisa banyak membuat kepalanya sakit.

"Kau aneh, untuk apa membeli tiket maskapai umum jika pada akhirnya akan menggunakan private jet." Mina memijat pelipisnya.

"Aku ingin merasakan bagaimana menjadi orang biasa. Sepertinya sedikit menyenangkan." Jawab Lisa ringan kemudian duduk.

Mina ikut duduk di sebelahnya, gadis Jepang itu mengeluarkan kotak makanan dengan wajah yang masih memiliki dendam pada Lisa.

"Makan ini, aku tidak peduli kau sudah makan atau tidak. Habiskan!" Lisa menoleh kearah Mina dengan bibirnya yang menahan senyum.

"Aku belum sarapan, gumawo Mina-ya. Kau selalu peduli meski aku selalu membuatku kesal." Kata Lisa kemudian mengambil roti lapis yang diberikan Mina.

"Ini pesan Auntie dan Jennie unnie, dia memintaku untuk mengawasimu. Kau memiliki tubuh yang sensitif dan mudah sakit." Balas Mina.

"Ini enak, kau yang membuatnya?" Kata Lisa dengan mulut yang penuh.

"Hm, aku yang membuatnya." Mina menghela napas.

"Ada apa? Kau seperti sedang dalam masalah, kau terlalu mudah marah. Ada apa denganmu, Mina?" Lisa bertanya penasaran.

"Haruskah aku mengatakan masalahku?"

"Tentu. Sudah lama sejak kau mengadu soal Uncle menarik telingamu karena kau memecahkan jendela rumah sakit." Kekeh Lisa dengan mulut penuh. Mina pada akhirnya tersenyum tipis mengingat masa kecil nya.

"Kau adikku tapi rasanya kau seperti kakak bagiku, Lisa-ya. Kau selalu bersikap lebih dewasa dariku. Dan lihat dirimu sekarang, kau memiliki lebih banyak tanggung jawab dariku."

"Itulah alasannya kenapa aku menjadi seorang pemimpin sekarang. Lima ribu pekerja berada di tanganku, aku tidak bisa jika santai dan bersenang senang hanya karena usia ku yang masih sangat muda. Dad sudah tua dan aku ingin dia diam di rumah menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Dia yang memulainya dari awal dan tugasku membuat Manoban's bertahan atau bahkan lebih berkembang." Jelas Lisa.

Mina melihatnya dengan senyum yang sedikit mengejek. Seperti kakak yang tidak pernah setuju dengan pencapaian adik nya.

"Wae geure....!!! Aku sungguh sungguh dengan ucapanku!"

"Kau ingat dulu kau selalu kabur ke tepi danau bersama Seulgi kemudian aku tersesat karena ingin menyusul kalian berdua dan pada akhirnya Uncle memarahi mu?" Mina terkekeh. Lisa mengangguk seperti anak kecil. "Aku ingat itu. Kau tahu, Seulgi sedang dimarahi oleh Ibu nya karena tidak belajar dengan baik dan berniat bicara padaku untuk mendapatkan perasaan yang lega tapi kau datang dan mengacaukan segalanya." Lisa tertawa.

"Aku merindukan Seulgi dan Irene unnie. Sudah sangat lama kami tidak bertemu dan bicara." Mina menghela napas. "Kau bisa mengunjungi mereka nanti, kita akan ke Amerika." Lisa melihat Mina, sepertinya dia sedang menyimpan sesuatu.

Be The Queen of Manoban | JENLISA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang