chapter 5 | Aman

47 3 0
                                    

"dari mana kau?" tanya seorang pria berkepala empat itu.

Elvano sempat dikagetkan dengan keberadaan pria di depannya, bagaimana Elvano tidak kaget sekarang dini hari tapi pria ini masih terjaga??

karena tidak kunjung mendapat kan jawaban Athur yang bertanya tadi kembali berucap dengan sedikit tekanan, "saya bertanya Elvano"

"eh e anu El sama Vero" jawab Elvano saat ia tersadar.

"jam berapa sekarang?" tanya Athur sembari bersedep dada.

Elvano menundukan kepalanya sebelum ia kembali menjawab "maaf, El ga ulangi"

Terdengar helaan nafas dari Athur dan itu cukup membuat Elvano sedikit ketakutan, ia takut jika nanti Athur akan menghukum nya.

"sudahlah, pergilah ke kamar mu, kali ini kau aman Elvano" setelah mengucap itu Athur pergi begitu saja dari sana.

Setelah Athur pergi beberapa kali terdengar helaan nafas dari Elvano, syukur amat bersyukur Elvano sekarang karna tubuhnya tidak tercipta karya baru itu. untuk sekarang.

Elvano beranjak dari sana dan pergi menuju kamar nya, tubuhnya perlu di istirahatkan sekarang, meskipun ia baru saja banngun tapi masih lelah rasanya.

Malam ini menjadi malam yang cukup singkat bagi Elvano dan tidak terasa jika sang surya telah memunculkan sinarnya.

Sekarang waktu sudah menunjukann pukul 6 pagi yang artinya waktu untuk sarapan. Jika melihat ke arah meja makan di sana sudah diisi oleh semua anggota keluarga tentunya Elvano ada disana.

Makan pagi cukup tenang, tidak ada pembicaraan apapun awalnya hingga si bungsu Adhikara memulai pembicaraan.

"bang El ini kan weekend, jadi teminin Gara keliling ya?" Sagara Faros Adhikara kerap di panggil Gara si bungsu keluaran Bara,hanya berbeda beberapa bulan dengan Elvano namun di keluarga ini sapaan terhadap yang lebih tua itu penting.

Elvano berpikir sesaat, jujur saja tubuh nya masih terasa sakit jadi apakah ia harus menolak atau meng iya kan?

Sebelum Elvano menjawab Kevin sudah lebih dulu mendahului," ga bisa, dia masih sakit."

Mendengar itu keluar dari mulut sang kakak seakan itu tidak bisa di bantah membuat nya kesal.

Elvano yang peka akan keadaan pun menjadi tidak enak dengan Gara, jadi Elvano mengesampingkan rasa sakitnya terlebih dulu.

"El gapapa kak, ayo aja Gar, mau keliling kemana aja, abang siap menemani tuan Gara ini" ucap nya diiringi candaan agar suasana tidak terlalu canggung pikirnya.

Kevin yang mendengar itupun merasa tidak teriman, ayolah siapapun dapat mengetahui Elvano sakit hanya dengan melihat wajahnya, wajah pucat itu sangat terlihat.

Sebelum Kevin akan protes Elvano sudah terlebih dulu bangkit dari duduk nya, ia sudah selesai makan sekarang.

"El udah selesai, Gar nanti ke kamar abang aja"

Kevin pasrah jika harus kembali menasehati Elvano, anak ini begitu keras kepala tidak bisa sama sekali di bantah.

Terkadang Kevin juga merasa kasihan kepada Elvano, karena yang Kevin tau Elvano itu terlalu menyepelekan rasa sakitnya. Entah berapa banyak rasa sakit yang tidak diketahui oleh Kevin.

Kita beralih pada Elvano yang kini sudah ada di kamar nya, Elvano tengah duduk ddi sofa kamarnya sembari memainkan handphone nya, membalas pesan dari sahabatnya itu. Elvano baru saja membuka handphone nya sekarang jadi jangan salahkan Elvano jika ia lupa mengabari Vero.

:Anda
apa? gue baru aja buka hp
gue ada di mansion

Vero:
sialan lo
gw kira lo ilang jir
lagian balik kaga ngomong lo

:anda
ngapain? kaya lo pacar gue aja

Vero :
serah dah males gue
jangan kemana-mana gue ke mansion lo sekarang

:Anda
ngapain jir? lo lupa ada om Bara

Vero:
liat keadaan lo lah
lagian om Bara tau gue ko

Elvano menutup percakapan itu lalu ia kembali menyimpan handphone nya di meja di dan berjalan ke arah pintu untuk membukakan pintu karena sedari tadi seseorang terus mengetuk pintu kamarnya.

Elvano membuka pintu kamarnya dan dapat ia lihat Gara sudah ada disana.

"masuk gar" ajak Elvano yang terlebih dulu masuk dan kembali duduk di sofa.

Gara hanya mengangguk dan mengikuti Elvano masuk tapi beda Gara segera merebahkan dirinya di kasur embuk Elvano.

Elvano biasa saja saat Gara malah merebahkan dirinya di kasur, kalo kata Elvano sih sudah biasa.

"jadi mau kemana Gar? tapi kaya nya ga bisa lama lama juga gue ada tugas soalnya" tanya Elvano dan yah cara berbicara kini berbeda dari yang awal nya terlihat sepeerti adik dan kakak kini menjadi seperti teman akrab.

"ga jadi deh males gue kalo bentaran doang, weekend besok aja kalo gitu" jawan Gara yang memainkan handphone nya.

Tunggu weekend depan katanya? berapa lama keluarga om nya ini akan di sini? pikirnya, biasanyan mereka hanya berkunjung beberapa hari saja.

Gara yang tidak mendapat kan menoleh ke arah Elvano dan dapat Gara lihat wajah bingung Elvano.

"ayah nyuruh gue lanjutin sekolah disini, kak kevin juga ngurus rumah sakit disini jadi sekalian aja gue ikut disini dan kata ayah juga ayah bakalan sering kesini karna katanya lagi banyak kerjaan disini" jelas Gara yang seakan tau dengan apa yang di pikirkan Elvano tadi.

Elvano hanya mengangguk mengerti setelah mendengar nya.

Gara melihat sekeliling kamar Elvano dan mata nya tertuju pada tempat game yang berada di sudut kamar Elvano.

Gara beranjak lalu mendekati Elvano dan menepuk bahu Elvano membuat sang embu meringis, bagaimana tidak Gara menepuk bahunya yang cedera.

"lo kenapa? perasaan gue nepuk nya pelan" panik Gara

"ah ga ada, bercanda doang gue haha" bohong Elvano dengan tawa bohongnya.

"aelah lo" kesal Gara karena merasa dibohongi padahal tadi ia sudah sangat kwartir

"jadi kenapa?" tanya Elvano mengalihkan topik pembicaraan

"main game yok!" ajak Gara antusias

Akhirnya mereka memainkan game bersama dengan diiringi candaan tentunya, beban pikiran mereka sekan hilang sekarang.

Sekan lupa dengan sekitar sampai mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk kedalam sana dan memperhatikan mereka.

"ekhm!" deheman yang di buat orang itu membuat kedua pemuda itu tersadar dan segera menoleh ke arah sang embu

"kak kevin ngapain disini sih?" tanya Gara sinis

"serah kakak dong" jawan Kevin tak kalah sinis nya

"oh ya El itu....

-----

sabtu, 6 jul. 2024

Hallo guys!
gimana nih buat chapter yang ini?
aga freak ga sih?? boleh nih bantu aku koreksi.

buat yang nungguin chapter selanjut nya boleh comment, vote and follow ya!?

Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang