chapter 9 | "dimana rasa aman itu?"

84 5 0
                                    

Angin menerpa seorang pemuda yang tengah duduk di bangku panjang di sebuah taman kecil.

Mata nya mengarah kepada seorang anak yang tengah bermain sebuah ayunan sendirian, rasanya begitu sama, sama seperti dirinya dulu.

Dia Elvano yang sedang duduk di taman belakang panti asuhan, setelah sedikit perdebatan dengan beberapa orang di dalam sana Elvano memutuskan untuk pergi kesini, menenangkan dirinya sendiri.

"kakak" panggil seorang anak kecil yang sepeertinya berumur 2 tahun.

Elvano yang merasa di panggil melihat ke arah anak kecil itu yang kini duduk di sebelahnya.

"adek kenapa disini? ga main sama yang lainnya?" tanya Elvano lembut.

"ade mau itirahat, ape cekali" ucap anak itu

"ohhh gitu, nama adek siapa?" tanya Elvano kembali

"ama ade intang" jawab anak itu

"intang?" tanya Elvano memastikan

"ish ukan intang api intang" ucap anak itu membuat Elvano bingung.

"lintang nama nya El" itu Brian yang berucap dan ikut duduk bersama mereka.

"oh lintang, nama nya bagus ya" ucap Elvano sembari mengusap surai Lintang.

"dia anak baru disini baru beberapa bulan" ucap Brian ketika mengingat Lintang yang di bawa ke sini oleh orang tuanya sendiri.

"kenapa?" tanya Elvano

"ga tau juga, tapi sesuai nama nya Lintang yang artinya Bintang Lintang menjadi menerang di sini, sejak lintang datang kesini anak anak disini jadi lumayan aktif" ucap Brian

"Lintang Bintang, bagus ya nama nya"ucap Elvano dan di angguki oleh Brian.

"yudah babay kakak kakak, intang au ain lagi babay" pamit lintang yang segera pergi dari sana.

Mereka yang melihat itu hanya tersenyum dengan tingkah Lintang apalagi saat melihat Lintang berlari dengan kaki kecil nya itu.

"sama kaya lo, hobby banget lari larian gitu" ucap Brian tanpa mengalihkan pandangannya dari Lintang

"bedanya gue lari sendirian, Lintang membawa cahaya gue membawa angin badai" ucap Elvano sembari terkekeh miris mengingat bahwa dirinya lebih sering menghabiskan waktu sendiri karna tidak ada yang mau bermain dengannya karna menganggap Elvano membawa sial.

"bukan badai arti dari nama lo tapi angin sejuk lo membawa ketenangan El" Brian mencoba mencaikan suasana sekarang.

"nyata nya ketenangan itu menjadi teman gue bang ah bukan ketenangan tapi lebih tepatnya sepi..

dan angin sejuk itu menjadi angin badai yang tidak pernah di terima oleh siapa pun"

"El boleh ikut main ga"

"apasii kamu jangan deket kita deh kamu itu bawa pengaruh buruk"

"adek kenapa nangis?"

"ini semua gara gara kamu aku jadi jatuh"

"aku ga ngapa ngapain"

"kamu ada di deket aku karna itu aku yang kena sial nya"

"abang maafin El hiks.."

"gara gara kau bang Keanu jadi sakit, seharusnya kamu ga pernah ada disini!"

kenangan buruk itu kembali hadir, kenangan dimana dirinya tidak pernah di terima ah sampai sekarang tidak pernah ada yang menerima nya.

Terkadang dirinya selalu berpikir kenapa dirinya harus lahir jika hanya menjadi pembawa sial? ah mungkin orang tua nya membuang nya karna itu.

"Bunda udah ga ada El" ucap Brian mengalihkan topik pembicaraan.

"Bunda udah pergi 3 tahun lalu, sebelum bunda ga ada semuanya baik baik aja El, anak anak hidup dengan damai hidup dengan bahagia disini tapi semenjak bunda ga ada anak anak disini satu persatu ikut ga ada El, gue jadi sendirian lagi ya ga sendirian juga masih bnyak anak anak panti lainnya yang selalu ada buat gue."lanjut Brian panjang lebar

"gue kangen bunda, gue selalu sayang gimanapun sikap nya" ucap Elvano menahan air mata nya.

Sosok bunda itu adalah sosok yang paling berharga di hidup anak anak disini karna Bunda mereka bisa mendapatkan kasih sayang seorang ibu, tapi berbeda dengan Elvano.

Elvano rasa dirinya tidak pernah mendapatkan sosok itu, Elvano tidak pernah di rawat kala sakit seperti anak yang lainnya, Elvano tidak pernah mendapatkan pelukan seperti yang lainnya, Elvano tidak pernah mendapatkan kata kata penghangat seperti  anak yang lainnya.

Jika di sebutkan semuanya mungkin semuanya berbeda, Elvano seperti angin lalu lalang disini.

"jadi sekarang panti di urus sama siapa?" tanya Elvano

"anak sulung nya" jawan Brian

|

Kini semua orang tengah melakukan makan malam di ruang makan, ruang makan itu cukup luas untuk 20 orang disini di tambah dengan mereka, bahkan dulunya panti asuhan ini memiliki anak anak sekitar 40 han,tapi semenjak di ambil alih oleh anak sulungnya anak anak disini berkurang.

Mereka duduk di atas karpet dengan makanan di depan mereka. menu hari ini adalah ayam tepung membuat anak anak disana bersorak gembira karna ini pertama kalinya bagi mereka. Berterima kasihlah pada Keanu yang membawa ayam tepung itu.

"makasih ya nu, karna lo anak anak disini jadi happy" ucap Brian yang kini menatap keanu yang ada di depannya.

"gue jadi ikut seneng kalo anak anak seneng" balas Keanu

lalu mereka melanjutkan aktivitas makan mereka dengan lahap dan khidmat.

Awalnya berjalan begitu tenang sampai akhirnya ada seseorang yang datang membuat semua yang ada disana takut setengah mati kecuali mereka ber6 tentu nya yang merasa heran.

"wah ada tamu ternyata" ucap seseorang itu dengan suara berat nya.

"gue ga prediksi dia bakalan datang sekarang, dia bilang bakalan ke luar kota tapi ini apa? gue harus gimana?" Batin Brian yang mulai panik

"ikat mereka"

-----

Rabu, 10 jul 2024
17:03

Gimana buat chapter yang ini? boleh dong kasih sarannya, nanti aku revisi lagi yaa.

Jangan lupa vote yaa untuk menghargai menulis, makasih

Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang