chapter 15 | 30 tangkai

50 5 0
                                    

jangan lupa vote and follow

---

30 tangakai bunga violet ada di ruangan rawat itu, begitu indah di tambah dengan sinar matahari yang menyinari sang bunga.

Terbilang sudah 30 hari Elvano masih tertidur, tidak ada tanda tanda untuk bangun.

Hari ini hari ke 31, seperti biasa Jev datang dengan 31 bunga tulip di tangannya.

"hallo El, papa datang lagi" ucap nya lalu masuk ke dalam ruangan itu.

"El masih suka tidur ternyata, padahal papa kangen suapi El tau" entah siapa yang akan menjawab setiap kata yang Jev katakan.

"bunga nya udah layu, papa ganti yang baru oke? cuaca hari ini juga bagus loh El, matahari nya cerah loh. Bunga violet bunga kesukaan El, kata El bunga violet bunga kesetiaan makannya El suka bunga ini karna kesetian itu penting bagi El ya kan El?"

Jev duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Elvano. Jev melihat wajah damai itu yang masih setia menutup matanya.

"papa kangen suara El, papa kangen pelukan El, papa kangen masakan El, papa kangen semua tentang  El. Kapan El sadar? El ga kangen papa?" pertanyaan itu siapa yang akan menjaawab?

ceklek'

Pintu itu terbuka menampilkan pria dengan postur gagah di usianya yang menginjak kepala empat itu.

"abang kedahului kau lagi" ucap Athur saat melihat jev sudah duduk disana.

"abang aja yang lambat" balas Jev acuh

"kau bawa violet lagi?"

"iya, El suka violet soalnya"

"kau banyak tau ya tentang Elvano, jadi iri"

Jev tidak menanggapinya dan masih sibuk melihat wajah damai Elvano itu hingga atensi nya teralihkan lagi oleh seseorang yang masuk ke dalam ruangan ini.

Brian, Sella dan Bara disana di depan pintu ruang rawat Elvano.

"loh kalian, kirain masih di kantor" ujar Sella kaget melihat keberadaan Jev dan Athur.

"baru aja pulang mba" jawab Athur

Sella hanya mengangguk dan ikut duduk di sofa bersama Athur, Bara dan Brian dengan posisi Brian di sambil Athur lalu Sella di ampit oleh Brian dan Bara.

"sudah makan boy?" tanya Athur sembari mengusap rambut Brian.

Hungan Brian dan keluarganya membaik sekarang, rasa canggung itu hilang, kini mereka bagaikan keluarga harmoni lainnya, satu yang mereka tunggu untuk bergabung, Elvano.

"sudah dad" jawan Brian.

"gimana sekolahnya? padahal langsung kuliah juga bisa"

"pengen ngerasain sekolah dulu dad, lagian waktu itu ian hanya sampai kelas 2"

"iyadeh"

"disana juga ada Gara ko jadi aman lah dad"

lalu mereka melanjutkan percakapan mereka dengan membahas hari sekolah Brian, untuk Sella dan Bara mereka sibuk bermesraan, katanya sih mumpung ga ada anak mereka.

Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang