chapter 18 | jahat

64 3 0
                                    

Elvano membuka matanya perlahan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya, tubuh nya terasa begitu berat sekarang, Elvano melihat ke samping dan dapat Elvano lihat Brian yang tidur sembari memeluk.

"sialan, kenapa dia disini sih" gerutu Elvano

"bangun Brian!" teriak nya sembari menggoyangkan tubuh Brian.

eugh'

Brian bangun dan segera mendudukan dirinya saat mendengar itu.

"pergi" usir Elvano yang kini Elvano berdiri di pinggir ranjang.

"nanti dong, abang baru bangun juga" keluh Brian sembari mengucek matanya.

"ga peduli, so pergi Brian!" bentak Elvano yang membuat Brian kaget, dimana kata abang yang selalu Elvano ucapkan?

Melihat Brian yang hanya diam membuat Elvano kesal dan menarik paksa agar Brian pergi dari sana.

"abang El bukan Brian" ujar Brian yang terdengar murung.

"nama lo Brian dan gue ga peduli jadi.. pergi!" Teriak Elvano menarik paksa Brian ke arah pintu.

Athur yang sedang melewati kamar Elvano dan kebetulan mendengar keributan itupun segera masuk ke dalam kamar Elvano dan dapat Athur lihat Elvano yang terus menarik narik Brian.

"ada apa?" tanya Athur membuat Elvano berhenti.

"ga a-"

"bawa anak tuan dari kamar saya nih" ucap Elvano lalu mendorong Brian ke arah Athur.

Brian yang tiba-tiba terdorong pun akhirnya terjatuh ke lantai membuat Athur panik dan marah.

"boy gapapa?" tanya Athur sembari membantu Brian bangun dengan hati hati dan itu tidak luput dari pandangan Elvano.

Dapat Athur lihat jika dahi Brian memerah karna berbenturan dengan lantai yang keras.

Athur mendekati Elvano dan...

bugh! '

Elvano mendapatkan pukulan yang cukup keras dari sang ayah, pukulan itu begitu kuat membuat sudut bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.

"apa yang kau mau Elvano!! sikap yang kau tunjukan membuatku begitu muak! jangan kekanak kanak Elvano! kau sudah dewasa seharusnya kau tau apa yang benar dan apa yang salah!" bentak Athur tepat di depan wajah Elvano.

"semua orang tidak bisa mengerti apa yang kau mau! semua orang tidak selalu harus mengertikan mood mu itu!" lanjut Athur yang kini mata nya memerah menahan amarah.

"aku tidak di minta untuk di mengerti!! jika kau muak dengan ku katakan sejak dulu tidak perlu memberiku harapan jika kau menyayangiku! aku tidak pernah mau ada di posisi ini! jika aku bisa aku akan meminta untuk tidak lahir saja!" balas Elvano tidak kalah tinggi nya.

"karna memang kau seharus tidak pernah lahir Elvano! pembawa sial tetap lah pembawa sial! kau lahir sama dengan kau membunuh bunda mu sendiri! kau tau itu bukan?!" bentak Athur yang entah sadar atau tidak dengan ucapannya.

Elvano bungkam dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Athur, mata nya mulai memerah menahan air mata yang terus membendung di matanya sebagai pemberitahu bahwa kata kata itu begitu menyakitkan bagi Elvano.

"dad" itu Brian yang berusaha mengingatkan apa yang baru saja di ucapkan oleh Athur.

Athur mendekati Elvano mencoba untuk menyentuh Elvano namun Elvano segera mundur untuk menghindarinya.

"El.. maaf, daddy tidak bermaksud El" ucap Athur yang sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja di ucapkan nya.

Elvano menggelengkan kepala nya kuat, air mata nya tidak bisa ia tahan lagi, sekarang pipi itu mulai basah oleh air mata yang terus menerus turun.

Elvano berlari keluar kamar nya mendorong siapa saja yang menghalangi jalannya. Elvano butuh ketenangan sekarang itu terlalu sakit untuk Elvano.

Elvano terus berlari hingga keluar dari komplek elit itu menghiraukan orang orang yang bertanya tentang nya.

Elvano mencari taksi untuk dirinya tumpangi sekarang masih dengan air mata yang terua turun bahkan sekitar nya merasa bingung apa yang terjadi dengan pemuda ini.

Taksi itu datang dan Elvano segera masuk ke dalam taksi itu.

"mau kemana mas?" tanya supir

"jalan aja dulu pa"

Supir itu mengangguk dan mulai menjalankan mobil itu, ingin rasanya bertanya namun melihat kondisi Elvano membuatnya mengurungkan niatnya.

Elvano menghapus air mata nya kasar, untuk apa menangis? bukan kah itu semua benar?

Elvano menyenderkan kepalanya ke kaca mobil, menetap jalanan yang mulai menggelap itu. memang matanya mengarah kejalan namun pikirannya melayang entah kemana.

"pa ke panti depan sana ya pa" ucap Elvano saat menyadari jika jalan yang ia lewati adalah jalan menuju pantai.

"baik mas"

Mobil itu terus melaju hingga sampai di panti yang Elvano maksud.

Elvano menyerahkan uang kepada sang supir, untung saja Brian tidak mengganti celana sekolah nya karna dompet nya berada di celana sekolah.

Elvano turun lalu masuk ke area panti, sepi, itu suasana saat ini memang sepi karna ini hampir gelap ditambah angin sore yang begitu dingin sekarang.

Elvano duduk di depan pantai memandang karya tuhan yang begitu indah di depannya. Ombak yang berisik seakan menandakan bahwa pikiran Elvano juga berisik sekarang.

"karna memang seharusnya kau tidak pernah lahir!!"

"pembunuh"

"pembawa sial tetaplah pembawa sial!"

Kenapa? kenapa suara suara itu selalu ada? tolong pergilah dari pikiran Elvano sekarang,

"gue ga pernah minta untuk lahir ke dunia"

"siapa yang mau menjadi pembawa sial?"

"gue juga mau di sayang kaya gitu"

"gue iri setiap liat tutur lembut itu"

Biarkan, biarkan Elvano mengungkapkan isi hatinya pada sang angkasa yang setia menemani Elvano sekarang.

"gue emang mau kasih sayang itu, tapi setiap gue inget perlakuan daddy ke gue ngebuat gue ga mau menerima kasih sayang itu."

Sibuk dengan pikirannya tanpa menghiraukan angin dingin yang terus menerpa,dan itu semua tidak luput dari pandangan salah seorang disana.

Orang itu mendekati Elvano lalu menepuk pelan bahu Elvano membuat sang empu menoleh ke belakang.

"keanu"

-----

selasa, 16 jul 2024
15:24

hallo guys!!!
gimana nih buat chapter yang ini? aga gimana ga sih??????

jangan lupa vote and comment ya guys untuk tau chapter selanjutnya.

Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang