chapter 10 | swastamita mulai terlihat

39 3 0
                                    

Jangan lupa vote and comment yaw

-----

Bulan dan matahari sudah beberapa kali berganti posisi, sudah terbilang tiga hari sejak kejadian di lapangan tempo hari. Sedikit aneh Gara di rawat inap seperti ini mengingat Gara hanya dehidrasi.

Tapi dengan itu hubungan keluarga kecil Adhikara mulai membaik secara perlahan. Contohnya dengan keluarga itu yang lebih perhatian pada bungsu mereka, mereka lebih banyak meluangkan waktu mereka untuk si bungsu di tengah kesibukan mereka. Sella tidak pernah absen membawakan masakannya, mengingat bahwa Gara tidak suka makanan rumah sakit, hambar katanya.

Bara yang setiap malam pasti ada disisi Gara untuk menemani bungsu mereka itu, karna bungsu mereka itu tidak suka kesendirian.

Kevin yang setiap jam datang keruangan adiknya, sekedar memeriksa atau menemani adiknya.

Keluarga Vedrras juga sama, mereka tidak pernah absen menemani Gara terutama si tokoh utama kita, Elvano.

Tapi sekarang semuanya berkumpul di ruang inap Gara. Terlihat seperti keluarga yang begitu harmonis. Sella yang sibuk memotong apel untuk anak nya, lalu para orang tua seperti Bara, Athur dan Jev sibuk membicarakan tentang pekerjaan, setiap mereka bertemu pasti yang mereka bahas adalah pekerjaan, sungguh membosankan.

Lalu untuk Elvano dan Gara sibuk bermain game, Kevin? Kevin hanya memperhatikan mereka.

"Eh Gara, ish.. itu di depan"

"Sabar elah"

Mereka sibuk sekalian bukan? entah permainan apa yang mereka main kan.

"Tuh kan kalah"

"Ya maaf"

Kevin yang melihat itu hanya terkekeh, ayo lah itu hanya sebuah permainan.

"Udah main Game nya, istirahat Gara" tegur Kevin.

"Bosen ah istirahat mulu, kapan Gara bisa pulang sih?"

Sungguh, Gara sudah jamuran berada di disini.

"eum... kapan ya?" Goda Kevin sembari menampilkan raut wajah berpikir keras.

"Kakak~" rengek Gara mampu membuat Elvano dan Kevin tertawa.

Bagaimana tidak, seorang Gara yang mereka kenal jarang menampilkan ekspresi seperti itu kini dengan mudahnya menampilkan nya.

"Ahahah.. aduh lucu banget komuk nya, jadi pengen punya abang deh"

Athur yang awalnya tidak terlalu fokus pada mereka kini ia mengalihkan perhatian nya pada Elvano yang baru saja berkata demikian.

Ditatapnya Elvano dengan tatapan sendu, haruskah? haruskah ia mengatakan jika Elvano masih memiliki seorang abang?, tapi... bagaimana dengan sahabatnya nanti?.

"Daddy!"

Athur tersadar dari lamunan nya ketika sang anak berteriak.

"Kenapa El?"

"Daddy dari tadi ga denger El? ya ampun Daddy kenapa suka banget sih ngelamun kaya gitu. Udahlah, jadi intinya El mau ke kantin rumah sakit, pengen beli cemilan hehe"

Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang