chapter 14 | bertahan lebih lama lagi

89 4 0
                                    

Hallo!! untuk sekedar informasi buat yang udah baca chapter sebelumnya, disini aku ganti 'kamu' jadi 'kau'

----

Bara dan yang lainnya buru buru kembali ke rumah sakit saat Sella mengabarkan jika Elvano sudah mendapatkan pendonor, begitu juga Athur yang baru saja akan memulai pencarian di kaget kan dengan kabar itu.

"Sella" panggil Bara menghampiri Sella yang berdiri di depan ruang operasi, bukan hanya Sella namun ada Brian juga yang duduk disana.

"mas"

"sella siapa yang menjadi pendonor?" tanya Bara dengan nafas yang masih belum stabil.

"d-dia" tunjuk Sella pada Brian.

"siapa dia mas? ada yang kalian sembunyikan dariku?" tanya sella.

"ikut aku, aku akan menjelaskannya" setelah itu Bara dan sella pergi entah kemana.

Gara dan Kevin hanya diam tanpa ada niatan untuk mengajak bicara Brian, sungguh mereka masih merasa canggung, sedangkan jev duduk di sebelah Brian dan tak kalah samanya.

Hanya ada keheningan di antar mereka hingga Athur tiba tiba saja datang menghampiri mereka.

"Jev dimana El? siapa pendonornya? El di pastikan selamatkan?" tanya Athur kwatir

Jev bangkit lalu menghampiri Athur.

"El masih di dalam, anakmu yang menjadi pendonornya" jawan Jev

Athur melihat ke arah Brian dengan ekspresi bingung lalu menghampiri Brian yang ikut menatap nya.

"kau melakukannya? bagaimana dengan kondisimu? bukan kah kau juga korban disini?" tanya Athur yang sekarang berjongkok di hadapan Brian dan memegang tangan Brian.

"aku tak apa, kondisi El lebih penting" jawab Brian lalu membantu Athur untuk berdiri, sungguh rasanya tidak nyaman melihat Athur berjongkok didepannya.

"terima kasih terima kasih banyak"

tut'

pintu ruang operasi terbuka menandakan operasi telah selesai karna diikuti oleh lampu yang berubah menjadi hijau.

Semua orang segera menghampiri sang dokter.

"bagaimana keadaan Elvano dok?" tanya Jev mendahului sebelum Athur bertanya.

"maaf, pasien..."

"Athur!" teriak Sella

Plak! '

satu tamparan mendarat di pipi Athur dengan kerasnya.

"satu tamparan itu atas semua yang telah kamu lakukan kepada Elvano Athur!" ucap Sella dengan marahnya.

Sella benar benar marah ketika mendengar semua penjelasan Bara tentang apa yang terjadi selama ini.

Sella tidak habis pikir dengan adik ipar nya ini, sungguh ini adalah laki laki ter brengsek pertama yang Sella temui.

"mbak boleh pukul aku sepuasnya, tapi tidak sekarang, aku harua mengetahui keadaan anak ku sekarang mba" ujar Athur

Terdengar helaan nafas dari arah sella, terlihat juga sella seakan menenangkan dirinya sendiri.

"bagaimana keadaan Elvano dok?" tanya sella yang sepertinya sekarang sudah tenang.

"pasien mengalami koma"

|

Sepi, itu sekarang keadaan sebuah ruang rawat, hanya ada suara monitor, jam dinding yang terus berdetak dan sebuah isakan seseorang.

Athur memegang sebelah tangan Elvano yang kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Genggaman itu begitu nyaman, Athur menatap wajah Elvano yang terpasang masker oksigen itu.

"daddy ga suka El yang kaya gini tau, daddy lebih suka El yang cerewet dan keras kepala. El, El mau memaafkan daddy kan? kata jev El ga suka pria lemah ya? daddy ga lemah loh daddy ga nangis, ya nangis sih tapi ga nangis di depan El kan?" Athur terus saja mengajak berbicara orang di depannya meskipun Athur tahu bahwa ia tidak akan mendapatkan balasan.

"tapi sekarang biarin daddy nangis ya? daddy boleh kan terlihat lemah di depan El? Danie aku mohon kau jangan membawa anak kita, a-aku masih belum mendapatkan maaf dari nya danie hiks..."pecah sudah tangis Athur yang sejak tadi ia tahan.

Isakan itu terdengar begitu pilu, Athur menyenderkan kepalanya ke tubuh Elvano, tolong biarkan itu, Athur ingin menumpahkan kesedihannya hari ini.

Hari ini, ruangan ini menjadi saksi seberapa lemahnya seorang Athur Van Vedrass.

Berbeda di ruangan lain, Brian, ruangan Brian ramai oleh beberapa orang sekarang.

Gara, Bara dan Sella ada di ruangan Brian sekarang, mereka duduk di sofa yang ada disana kecuali Bara yang duduk di sebelah Brian.

"Brian?" tanya Sella

"ah ya, ada apa?" tanya Brian ketika sadar dari lamunan nya.

"terimakasih, jika bukan karna kau mungkin kita tidak bisaa melihat Elvano" ucap Sella sungguh-sungguh.

"apapun untuk Elvano" jawab Brian

"bagaiman kehidupan kamu di panti asuhan selama ini? sa-om waktu itu mau mengadopsimu tapi kau tau om lebih tertarik pada Elvano" itu Bara

"aku hidup dengan baik di sana, aku tau itu, aku mendengarnya langsung waktu itu" jawab Brian

"kau tau kenapa aku lebih tertarik padanya?" tanya Bara

"karna senyum Elvano mengingatkan Om pada mendingan bunda kalian, senyuman itu begitu mirip sangat sangat mirip sampai-sampai Athur membencinya" lanjut Bara dengan keterkekehan di akhirnya

"kalian begitu menyayangi Elvano? begitu juga dengan t-daddy"

"kami tentu menyayanginya tapi entahlah untuk Athur" jawab Bara atas pertanyaan Brian.

"aku senang mendengar jika kalian menyayangi El sedari dulu El selalu sendiri dan di jauhi, ibu panti tidak pernah menyayangi nya seperti anak anak lain membuatku merasa kasihan"

------

sabtu, 13 jul 2024
19:40

hallo guys!
dikit dulu yaww


Ruang luka | Ending Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang