"Mulut Papa Bau"
-Juan Pradipta-
Langkah kecil sambil berjinjit, tak bersuara sampai deru nafas saja tidak terdengar. Jantungnya berpacu lebih cepat dari dugaan, seolah takut seseorang akan menyadari keberadaannya.
Wajah tegang, gigi menggertak, kaki kecil itu semakin mengikis jarak dengan sofa.
"DORR!"
"Huaaa! ABANG!"
Anak kecil itu terduduk di lantai, akibat kejut yang di lakukan Abang kepadanya.
"Abang menang, Jaehee kalah." seraya menjulurkan lidah kepada Jaehee.
Juan yang kini sudah berumur 12 tahun, tumbuh menjadi sedikit lebih tinggi. Fitur ketampanan Jenar sudah melekat kepadanya sejak dini. Hidung mancung, bibir sedikit tebal, dan memiliki garis muka yang tegas.
Sedang Jaehee, anak yang terduduk di lantai itu kini berusia 5 tahun, dengan memiliki wajah yang memperlihatkan perpaduan antara Jenar dan Mira. Memiliki fitur wajah seperti Jenar namun memiliki bibir yang tipis dan mata yang bulat seperti Mira, padahal saat bayi mata Jaehee sangat sipit seperti ayahnya.
Jaehee yang tak terima ledekan abangnya 'pun mulai mengejar si pelaku mengelilingi meja dan mengelilingi Jenar yang kini tengah duduk membaca koran di atas sofa.
"Haha lambat, niat lari ga sih," ledek Juan.
"Abang kecepetan larinya!" imbuh Jaehee.
"Mana ada!"
Jenar yang merasa terusik, pusing melihat kelakukan kedua anaknya yang setiap hari pasti kejar-kejaran di dalam rumah, dia menaruh koran di atas meja lalu menunggu moment saat kedua anaknya tiba di depan dirinya.
Hap!
"Aaa! Papa!" jerit Jaehee. Kedua anak itu kini berada di lahunan si Papa, Jenar memeluk keduanya sampai mau berontak pun tidak akan bisa lepas.
"Papa! Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga, Lepasin!" ucap Juan. Alih-alih melepaskannya, Jenar semakin mengeratkan pelukannya.
"Papa pusing lihat kalian berdua kejar-kejaran, bisa diem ga hem?" Cup, Cup. Jenar mengecupi pipi kedua anaknya bergantian mendapatkan reaksi yang berbeda, Juan merasa geli refleks mengelap pipinya sedangkan Jaehee tertawa girang.
"Mulut Papa bau!" celetuk Juan.
"Mana ada! Nih rasain nih, ciuman maut Papa"
"Huaaa Mama!! tolong!" Juan berontak, namun tak bisa lepas. Pelukan Jenar mempersulit gerak badannya, hingga mau tak mau ciuman di pipi sudah tak bisa di hindari lagi. Jaehee tertawa kegirangan melihat sang kakak yang tak berdaya dicium oleh Papa mereka.
selesainya, Juan menekuk wajah masam. Dia menjauh dari Jenar dan mengelap dengan kasar wajah tampannya.
"Juan sudah besar, jangan cium-cium."
Jenar tertawa renyah, sambil memangku Jaehee yang juga ikut tertawa. "Abang itu masih putra kecilnya Papa, sama kaya Jaehee," ledek Adiknya disambut gelak tawa Jenar.
"Mmm—Papa, Juan minta uang."
Jenar menoleh kepada anak pertamanya, "Berapa, dan buat apa?"
"Jajan, Juan mau jajan sama Jaehee."
Jenar mengangguk, tangannya merogoh kocek dalam saku celananya. Lembaran uang berwarna merah hendak ia berikan.
"Satu saja Papa, uang seratus sudah cukup" sela Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...