Jenar membawa juan pulang ke rumah sore harinya. Untuk malam ini ia akan tetap berada di rumah menemani sang anak. Karena membujuk juan agar tidak marah itu teramat sangat susah.
Tubuhnya sudah lengket seharian menemani juan bermain, belum sempat mandi di rumah ibunya. Berhubung juan tengah anteng dengan mainannya ini kesempatan untuk jenar mandi.
"Papa mandi sebentar oke? Kamu main disini jangan kemana mana apalagi sampe keluar rumah".
"Oke papa".
Setelah mendapat persetujuan jenar segera berlari menuju kamarnya, berjalan ke kamar mandi lalu membuka seluruh pakaiannya. Gemericik shower menandakan dirinya sudah larut dalam aktivitas membersihkan badannya yang lengket.
Tapi...
Bayang bayang tubuh telanjang mira menghancurkan kegiatannya. Pipinya memerah, alisnya berkerut, badan pun bergetar seakan tersengat aliran listrik. Dia melirik kebawah, dan sial miliknya bangun tanpa bisa dia tahan.
"Eugh sial".
Ia ingin mengabaikannya tapi itu mustahil dan akan sangat menyakitkan.
Jenar menelan ludahnya perlahan, berdecak kesal. Tangan kanannya mulai meraba kebawah. memegang, mengusap, lalu perlahan mengocoknya. padahal ia tengah buru buru untuk segera selesai mandi agar bisa menemani anaknya bermain tapi sial untuk pertama kalinya setelah sekian lama, miliknya merajuk meminta untuk di puaskan.
"Sshh-". Ia mendesis frustasi. Matanya terpejam, lidahnya tanpa sadar menjilati bibir bawahnya. Pikirannya melayang pada hal gila yang pernah terjadi antara dia dan mira. Suara desahan mereka berdua masih terngiang-ngiang.
Ia dengan cepat memberikan rangsangan, mengejar waktu agar tidak terlalu lama di dalam kamar mandi dan membuat anaknya menunggu. Tapi benda sial ini tidak mau diajak bekerjasama. Itu terus mengacung bahkan belum ada tanda tanda akan keluar.
"Eugghh ayolah, kenapa kau lama sekali untuk keluar?!" Frustasi jenar.
Matanya mengedar mencari cara untuk terpuaskan. Pandangannya jatuh pada handphone yang teronggok tak berdaya diatas wastafel. Untuk saat ini saja, tolong maafkan dia.
Tangan basahnya segera mengambil handphonenya, membuka galeri video dan meng-klik salah satu videonya.
Dia memutar kembali video yang sempat ia ambil malam kemarin. Gemaan suara mira dan dirinya di dalam video semakin membuat miliknya menegang serta kulit yang meremang.
"Arghh sial". Geram jenar.
Dia semakin cepat memainkan tangannya dibawah sana. Sat tangan sebelah kiri menopang tubuhnya pada dinding, sulit baginya mengatur diri saat datang kenikmatan seperti setelah sekian lama tidak merasakannya.
"cepatlah Sshh-". Sebentar- tinggal sebentar lagi ia akan mencapai puncak kenikmatan.
"Papa!!! Hiks! Papa!!!".
Shit!
Juan menangis kencang di luar sana. Wajahnya merah padam, padahal tinggal sedikit lagi dia akan sampai. Tanpa sempat menyelesaikan penuntasannya, jenar segera membasuh miliknya. Memakai handuk untuk menutupi miliknya yang masih tegak di baliknya.
Jenar keluar kamar sembari menahan rasa sakit. Dengan cepat menghampiri anaknya yang sedang menangis.
"Ada apa?". Khawatir jenar.
Melihat wajah sang papa yang merah padam seperti orang yang menahan kesakitannya. Juan menatap polos.
"Papa kenapa?".
"Tidak kenapa-napa. Kamu yang kenapa? Papa lagi mandi". Kesal jenar.
"Juan takut sendirian".
Ia mengguar rambutnya frustasi. Sabar- dia anak mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...