Tepat tiga hari di rumah sakit, kondisi Mira sedikit stabil sehingga dokter bisa membiarkan wanita yang menyandang status sebagai ibu baru itu di bawa pulang ke rumah.
Di bantu oleh Jenar sebagai suami siaga, laki-laki itu dengan penuh kehati-hatian memapah Mira dari dalam mobil berjalan ke dalam rumah mereka.
Rupanya di dalam sudah ada Juni bersama Glenca yang menunggu kedatangan Mira dan tentu saja sang anggota keluarga baru mereka.
Disaat semua orang mengerubungi bayi manis di gendongan sinta, Juni dengan senyum kecil menghampiri Mira si sofa.
"Lo gapapa dek?" tanya Juni. Melihat sang adik yang terlihat masih sangat kesakitan membuat Juni sedikit tak tega, Juni duduk di samping Mira dan berusaha memberi perhatian sekecil mungkin, mengambilkannya minum dan beberapa makanan ringan. "Sorry, Abang ga sempet nengok ke rumah sakit."
Mira tersenyum kecil, meskipun sudah berkeluarga ternyata Juni tetaplah menjadi sosok abang yang baik untuknya, walau kadang menyebalkan.
"Mira gapapa, Abang."
"Abang lega, kamu bisa pulang tanpa kurang apapun."
"Mmm- berkat do'a Abang juga."
Mira meminta menggendong anaknya yang kini sudah beralih di gendongan Jenar, wanita itu memberikan sang anak yang kini tertidur kedalam gendongan Juni.
"Lihat deh, Anak Mira ganteng 'kan? kayak Papa-nya," ucap Mira.
Juni mendelik, "Gantengan Abang kemana-mana daripada si Jenar." Mendengar itu Jenar yang kini duduk di samping istrinya mencibir tak suka.
"Dih, sirik aja lo."
Mira tertawa kecil, sejak Jenar berani menikahi Mira, kedua laki-laki itu bukannya akur tapi malah semakin tak akur. Juni masih dengan ketidaksetujuannya sedangkan Jenar dengan dendamnya karena pernah di buat babak belur oleh Juni.
Menjelang sore, hanya tersisa keluarga inti. Juan duduk di sofa melirik sosok Mira yang berjalan hati-hati kearah dapur. Anak itu segera menghampiri Mira.
"Mama?" Mira menoleh, lalu tersenyum kepada Juan.
"Mama mau ngapain ke dapur?"
"Mama mau minum, haus."
Juan mendengus kesal, apa papa-nya itu lupa untuk menaruh Air minum di kamar, sampai membuat Mira harus susah payah menuruni tangga hanya untuk minum.
"Mama duduk di sofa, Biar Juan yang ambil."
"Terimakasih, Putra Mama."
Wanita itu duduk di sofa menunggu Juan datang dengan segelas air putih di tangannya. Tak lama Jenar datang bersama bayi mereka dari arah luar.
"Loh, Kamu bisa di sini? Ga sakit naik turun tangga?" tanya Jenar kini duduk di samping Mira.
"Ini gara-gara Papa tahu!" ketus Juan. Anak itu menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Papa? Kenapa gara-gara Papa?"
"Gara-gara Papa ga taruh air minum di kamar, jadi Mama harus kebawah cuma buat minum."
Jenar melongo, lalu melirik pada Mira yang kini sedang menahan tawanya. "Mas taruh air minum lengkap sama camilan di kamar, kamu ga lihat?" tanya Jenar kepada Mira. Barangkali wanita itu tidak melihat banyak camilan tersedia di kamar mereka dan malah nekat mencari air minum ke dapur.
"Ada, tapi air-nya habis, nunggu kamu ke atas lama banget yaudah aku ambil sendiri ke bawah."
"Astaga- nanti Mas taruh air mineral satu galon deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...