Satu bulan menikah, gadis yang baru belajar memasak itu kini sudah terbiasa bangun pagi hanya untuk memasakan makanan untuk Jenar sebelum pria itu berangkat bekerja.
Di samping Mira memasak, Jenar yang sudah memakai baju kemeja biru langit lengkap dengan jas hitamnya menuruni tangga mengikuti arah di mana istri kecilnya tengah memasak.
"Mas—". Mira merengek saat satu tangan jenar memeluknya dari belakang. Bau maskulin dari tubuh pria itu dan di padukan dengan sedikit sentuhan parfum dari Dior menyeruak di rongga hidung Mira.
Gadis itu seperti tidak suka saat cowoknya berwangi wangi seperti ini jika hendak ke kantor. Dia ke kantor untuk bekerja bukan menggoda karyawan. "Lepasin Mas".
"Sebentar sayang— hari ini Mas akan lembur. Mas mau puas puasin dulu meluk kamu takut kangen".
Mira mendengus kesal lantas kembali melanjutkan acara masaknya sambil tangan jenar tak berhenti melingkar di perut kecilnya. Dari samping penglihatan pria itu gak lepas dari bibir kecil mira yang masih mendumel kesal. Gemas, itu yang ia pikirkan.
Tangannya semakin memeluk erat, sesekali bibirnya akan jahil mengecupi tengkuk leher mulus istrinya, untuk mencari perhatian dari Mira ternyata tak mudah, gadis itu mengacuhkan Jenar. Kesal dengan tingkah mira, satu tangannya terulur mematikan kompor yang menyala agar fokus Mira teralihkan hanya kepadanya seorang. "MAS!!". Kepalanya spontan memutar kesamping dan tak menyadari bibir Jenar sudah siap untuk mencuri buah plum miliknya.
Ccupp–
Pagi pagi dengan udara yang masih dingin lalu ciuman dengan Mira adalah sebuah candu. Jenar melumat ranum Mira dan sialnya Mira malah ikut membalasnya, tangan gadis itu mengalung di leher Jenar dengan membalas lumatan begitu rakus.
"Mmhh— mas".
Terhipnotis oleh desahan yang mira keluarkan bukannya berhenti Jenar malah semakin gencar menyusuri leher mulus Mira dan memberinya tanda kemerahan nyaris ungu.
"Ah! Mas—". Sadarkan Mira untuk tidak mendesah dan berbuat nekat, karena saat ini jemari gadis itu malah memberantakkan kemeja biru milik Jenar.
Shit! Tak tahan. Jenar memangku Mira, membuatnya duduk diatas meja makan membiarkan pahanya mengangkangi jenar.
Bisikan setan malah membuat mira tanpa sadar semakin menggoda Jenar, ia mengelus rahang suaminya kemudian menghirup aroma segar dari parfum yang Jenar pakai. Wangi sekali! Tapi Mira tidak suka—.
"Kamu wangi banget".
Jenar terkekeh geli. Ia mengecup bibir mungil mira yang mengerucut. "Saya harus bertemu klien, ga mungkin saya bau hari ini. Kenapa hum?".
"Mira takut banyak karyawan yang ke goda sama wanginya kamu".
"Kalaupun mereka ke goda yang penting saya tidak akan tergoda sama mereka. Ga ada sejarahnya Boss kegoda sama karyawan".
Mira mendelik tak percaya. "Bohong banget! Mas ga tau ya? Sekarang banyak orang yang menjadikan kantor sebagai tempat perselingkuhan mereka? baik itu antar karyawan ataupun bos dan karyawannya". Jenar tertawa renyah. Ia menggeleng gelengkan kepala seraya menciumi pipi dan bibir mira bergantian.
"Itu mereka, mas engga seperti mereka. mas cuman cinta sama gadis kecil di hadapan mas ini". Sial, pipi Mira merona. sadar atau tidak tapi kini Mira mendaratkan bibirnya di bibir tebal milik Jenar.
Ccupp—
Dia sudah membangunkan gairah yang sedari tadi Jenar tahan. Hei! Pagi pagi itu saat yang menyiksa untuknya, miliknya selalu tegang karena kedinginan di pagi hari. Tak berniat menyudahi ciuman mereka Jenar menahan kepala mira, satu tangannya ia loloskan mengelus paha Mira sampai merambat masuk kedalam celana segitiga bermuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...