⚠️Bab ini bisa membuat trauma yang belum pernah melahirkan.
"Mas!"
"Aduduh, yang—sakit."
Rambut rapi Jenar sudah acak tak karuan, jambakan demi jambakan Mira layangkan kepadanya. Saat laki-laki itu tiba di rumah sakit, Jenar langsung menghampiri Mira ke ruang bersalin yang ternyata masih menghadapi pembukaan ke-enam. Juan sudah diambil alih oleh Sinta dan Pradipta yang datang lebih dulu.
"Mas sakit!" Mira menjambak lagi dan lagi rambut Jenar.
"Sabar sayang—"
"Ga bisa! Ini sakit banget Mas!"
"Ibunya harus bisa tenang, tarik nafas pelan-pelan Bu, Ini sudah pembukaan ke tujuh" ucap seorang perawat saat mengecek kondisi Mira.
Mira mencoba mengatur nafas, mules di perutnya semakin terasa. Banyak orang yang bilang melahirkan itu mempertaruhkan dua nyawa, kini Mira tahu. Begini ternyata rasanya melahirkan, Kram ga main-main.
Perutnya terasa kembung, rasa sakit tidak main-main saat kontraksi tiba. Tulang punggung juga ikut sakit secara bersamaan.
"Mas— Mira ga kuat, kenapa lama banget pembukaannya," Mira mulai menangis.
Untuk kelahiran anak pertamanya rasanya seolah ditekan dan di remukkan, tulang-tulang nya seolah patah silih bergantian lalu remuk secara bersamaan. Setidaknya itu yang bisa Mira deskripsikan walau kenyataanya proses melahirkan semua orang berbeda-beda, ada yang mudah dan ada yang sulit.
Jika melahirkan sesakit ini mungkin dari awal Mira tidak mau memiliki anak. Rasanya untuk bernafas saja begitu kesulitan sehingga dia memerlukan selang oksigen.
"Sayang tenang—ada Mas disini, kamu pasti kuat."
Jenar sendiri tidak tahu bagaimana cara menghadapi situasi ini, dia hanya mengikuti arahan para medis. Ini pertama kalinya Jenar menemani orang lahiran. Jujur saja dulu saat Tika–istri pertamanya melahirkan Juan, Jenar tidak ikut serta menemaninya, saat itu bahkan jenar tidak berada di rumah sakit untuk menunggu Tika.
Tika melahirkan saat Jenar tengah berada di luar kota, dan baru bisa mendatangi Tika serta anak mereka yang baru lahir selang sehari setelah Juan lahir. Saat itu-
Plak!
"Kemana saja kamu! Anak saya berjuang mati-matian melahirkan seorang anak di rumah sakit, sedangkan kamu sibuk berkeliaran di luar kota! Apa pekerjaan mu lebih penting dari nyawa istrimu sendiri?!" Tamparan keras Suhe melayang sejak kedatangan Jenar Pradipta yang tak lain dan tak bukan adalah menantunya sendiri.
Jenar merasa bersalah atas apa yang sudah dia lakukan, tapi sumpah demi apapun saat itu Tika tidak memberitahunya sedikitpun lewat telepon. Dan entah bagaimana juga keluarganya tidak ada satupun yang memberitahu Jenar.
Jenar baru tahu kabar Tika melahirkan setelah beberapa jam Juan Lahir, itupun Suhe yang memberitahunya lewat pesan LINE.
Jenar segera mengambil penerbangan hari itu juga, tapi sialnya semua penerbangan ditunda karena cuaca buruk. Jenar harus menunggu lagi dan pada akhirnya laki-laki itu sampai di rumah sakit keesokan harinya.
"Anak saya kritis!" teriak Suhe. Tak peduli lagi ia harus melampiaskan amarahnya di depan besan-nya sendiri.
"Saya minta maaf—" Hanya itu yang dapat Jenar katakan.
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat di pipinya, tangan pria tua itu terus membelah udara dan berkali-kali memukul pipi menantunya. Di lain sisi Sinta yang juga ada di sana mengepalkan tangan, Sinta tak bisa melihat Suhe terus menyalahkan Jenar, anaknya baru saja sampai dengan perasaan kalut.
Ia menjauhkan Jenar dari hadapan Suhe.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...