25. Rumah kenangan +

138K 2.2K 58
                                    

PERHATIAN

Banyak tanda baca dan penempatan kata yang tidak sesuai.
( . , ! ? , Huruf kapital, dan kata di- )
Beberapa readers notice tentang hal tersebut.
Sebelumnya admin minta maaf
Jika kesalahan tanda baca dan penempatan huruf atau kata mengganggu fokus kalian saat membaca cerita ini.
Namun untuk saat ini izinkan admin untuk menyelesaikan cerita ini duhulu, setelah itu dalam waktu tertentu admin akan revisi cerita ini dari awal BAB.

mohon pengertiannya.
#admin_DUDARESE!

SELAMAT  MEMBACA

(✖﹏✖)


Setelah menikah, tentu saja mira ikut tinggal di rumah Jenar. Dia tidak lagi akan tinggal di rumah peninggalan orang tuannya, rumah itu kosong karena yang menepatinya hanya Mira dan Juni, sekarang keadaan sudah berbeda, mereka berdua sudah sama-sama menikah dan memiliki rumah masing masing.

Keputusan Juni ingin menjual rumah ini, tapi Mira menolaknya, dia tidak akan mau jika rumah peninggalan satu satunya ibu dan bapak mereka harus Juni jual.

"pokoknya Mira ga mau rumah ini dijual. Terserah abang mau bagaimana yang penting jangan dijual!".

"Ga bisa mira— rumah ini jadi kosong. kamu kan tahu abang sudah punya rumah".

"Ga mau!!". Jerit Mira. Jenar disamping mengusap bahu Mira guna menenangkan wanitanya. "Sayang– sabar".

Di tengah kekacauan bahasan yang tiada kunjung menentukan titik terang. Glenca datang membawa empat minuman, Ia duduk di samping Juni mengusap perut buncit yang sudah mulai terlihat jelas.

"Jun— bagaimana kalau kita tinggal disini saja?".

Juni buru buru melirik glenca tak percaya. "Kamu serius? Tapi kita sudah punya rumah. Itu rumah, aku beli karena kemauan kamu loh". Protes juni.

"Gapapa kita tinggal di sini saja, rumah itu kamu jual lagi. Kayaknya adek juga lebih nyaman tinggal disini". Glenca mengusap perut bulatnya, Juni mendengus pasrah. Ia pikir sangat capek jika harus pindahan lagi.

"Yasudah kalau mau kamu begitu. Kita tinggal disini".

Dengan begitu rumah ini kembali menjadi milik Juni. Mira tak mempermasalahkan itu, karena tidak di jual saja sudah lebih dari cukup. Menurut Mira sebuah kenangan tidak akan pernah tergantikan dengan apapun.

Menjelang sore, Mira di ajak glenca mengobrol di kamar Juni, sedangkan Juni dan Jenar mengobrol di depan rumah.

"Bagaimana? Kamu bisa mengimbangi Mira? Dia belum dewasa, malah kamu nikahi". Juni masih kesal ha— jujur saja.

Jenar tertawa geli. Juni tidak tahu saja bagaimana kelakuan mira selama ini. "Mira itu lebih dewasa dari yang kamu kira Jun—".

"Maksud mu?".

"Engga—". Hampir saja Jenar keceplosan.

"Pokoknya sampe kau membuat Mira menangis, aku bakal langsung jemput Mira balik".

"Belajar percaya sama gue. Jun— dulu padahal lo percaya banget sama gue". Jenar tertawa kecil dan Juni mendengus kesal. Jika saja bukan karena mereka yang pacaran tanpa sepengetahuan Juni, mungkin Juni akan tetap percaya pada Jenar, tapi sejak saat mereka pacaran diam diam dari Juni, dia pikir jenar tak selalu dapat di percaya.

Disisi lain dua cewek duduk di atas ranjang sambil mengobrol.

"Nih buat kamu". Sebuah paper bag kecil disodorkan kepada mira.

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang