Jenar berkaca sambil mengancingkan satu persatu kemeja hitam yang dia pakai. Dari pantulan kaca terlihat mira duduk diam di atas kasur miliknya. Sesekali jenar menghela nafas, sudah pasti wanita itu kini tengah memikirkan hal bodoh yang mereka lakukan semalam. Kenapa dan bagaimana bisa itu terjadi.
Mira mendongak saat tanpa sadar jenar sudah berada di hadapannya. "Mau sampai kapan menyesalinya?". Laki laki yang tidak berperasaan! Bagaimana mungkin mira dengan mudah melupakan dan tak menyesal?! Dan kenapa dari miliaran laki laki kenapa harus duda rese yang mira sendiri tidak menyukainya.
"Om tidak menyesal karena sudah merengut hal berharga dariku?!". Protes mira.
Jenar menggeleng. "Bukan saya yang merengutnya. Kamu sendiri yang memasukkan punya saya kedalam sana".
"Gimana bisa?! Om ngarang!".
"Saya punya buktinya kalau kamu mau lihat".
Mira membelalakkan mata tak percaya. Tangannya menutup rapat mulut yang menganga.
"Maksud om?".
"Ya saya rekam". Mira terperanjat seketika melupakan rasa sakit di pusat intinya. Dia berdiri mendongak pada tubuh jangkung dihadapan nya.
"Om rekam?! Untuk apa?! Mau om sebarin gitu?!". Tuduh mira. Jenar hanya menghela nafas lelah. Pikiran mira terlalu kemana mana, jenar bukan orang yang sebebas itu menyebarkan video yang tidak senonoh pribadinya.
"Bukan— ini untuk jaga jaga apabila juni tiba tiba tahu apa yang kita lakukan semalam agar dia tidak langsung membunuh saya". Mira masih diam tak menjawab. Jenar merogoh ponselnya dan menyodorkan kepada mira rekaman singkat saat mira memasukkan miliknya.
"Om—".
"Arghh mira—".
"Mmhhh pe—rih om".
"Sshh Pelan saja mira jangan—".
Jleb
"Om!!".
"Arghhh dia benar benar masuk".
Mira menelan ludah dengan susah, desahan mereka yang mira dengar membuat kulitnya meremang. Dapat ia lihat benar benar mira yang memasukkan benda panjang itu kedalam dirinya.
"Hapus om! Mira jijik".
"Tapi saya tidak". Jenar berjalan lebih dulu kearah pintu.
"Ayok saya antar pulang. Saya juga harus pulang, juan pasti mengamuk saat tahu papanya tidak pulang semalam".
Sepanjang perjalanan mira hanya diam, sejenak merutuki kebodohannya. semua ini tidak akan terjadi jika mira tidak nekat pergi ke club kemarin malam.
Mobil jenar sampai di pekarangan rumah mira, dia turun untuk menuntun mira masuk kedalam rumah. Di perjalanan tadi jenar juga sempat membeli sebungkus bubur ayam untuk mira makan pagi itu, jadi jenar tidak perlu khawatir memikirkan nasib mira yang kelaparan akibat susah berjalan."Saya tinggal sekarang. Istirahatkan tubuhmu, dan jangan sampai saya melihat kamu datang ke club lagi".
Mira menggigit bibir bawahnya, jarinya menarik ujung baju jenar saat hendak pergi dari hadapan nya.
"Ada apa?".
"Om, janji jangan kasih tahu bang jun. Ini rahasia kita".
"Saya janji, asal kamu juga janji penuhi permintaan saya".
Mira mengangguk. Toh ia juga berpikir tidak akan pernah mau datang lagi ke club itu. Ia pikir begitu.
Sepeninggal jenar dari kamarnya ponsel mira bergetar, satu panggilan dari sasha masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...