17. Jenar, Mira, Juni.

111K 2.6K 66
                                    

Makasih 350+ votenya

(๑¯ω¯๑)

Mira menunggu dengan gelisah di kamarnya. Baru pagi tadi juni datang kerumah bersama istrinya untuk mengecek mira. Tapi yang membuatnya gemetar seluruh badan bukan karena kehadiran Juni pagi tadi, tapi kehadiran jenar yang kini duduk di hadapan juni.

Dia seorang diri menghadap pada juni untuk membicarakan perihal niat baiknya mempersunting sang adik dari pria itu.

Juni belum tahu apa maksud kehadiran jenar yang tiba tiba dan darimana jenar tahu bahwa juni kini tengah berada di rumah mira.

"Ada apa jey?".

"Aku mau bicara serius dengan mu".

"Bicaralah".

"Terus terang—". Kata katanya menggantung saat mira datang mengantarkan gelas minuman kepada jenar. Jenar tersenyum tapi mira tak mau bersitatap dengannya. Mira ingin segera pergi di tengah tengah mereka.

"Terus terang apa?".

"Ah. Tapi sepertinya mira harus ikut mendengar pembicaraan kita". Ucap jenar. Sial. Jenar menyeret mira untuk menggali kuburan mereka.

Juni mengernyit tak paham. Kenapa harus mira? Tapi juni juga penasaran apa yang akan di bicarakan oleh jenar. juni kemudian menyuruh mira untuk duduk di sampingnya.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?". Juni menyesap kopi panas buatan mira secara perlahan.

"Aku ingin meminta izin untuk menikahi mira".

Pria berkacamata itu berhenti menyesap. Matanya menyipit penuh penekanan. Sejenak mira tak sanggup untuk bernafas, mira menutup mata tak ingin melihat reaksi juni.

Tak! Juni meletakkan gelas dengan sedikit keras, bahkan sampai kopi susu panas itu meleber jatuh diatas meja.

"Kau bicara apa?". Suara juni pelan tapi penuh penekanan.

"Aku izin untuk menikahi mira".

"Mira? Mira mana yang kau maksud?". Wajah dingin tanpa ekspresi juni menegaskan bahwa ia tidak ingin mendengar fakta apa yang selanjutnya akan jenar katakan.  Tapi keputusan jenar sudah bulat, tak peduli bagaimana marahnya sang sahabat, Jenar sudah memutuskan.

"Mira anjani. Wanita yang ada di samping mu saat ini". Juni melirik mira di ujung matanya. Rahangnya mengeras, rasanya juni sangat tidak terima ketika sahabatnya itu berniat untuk menikahi mira, adiknya.

Maksudnya. mira itu anak gadis kemarin sore, usianya bahkan terpaut sangat jauh dengan jenar yang merupakan seorang duda anak satu.
Juni tidak bisa membayangkan repotnya mira saat ia menjadi istri dan langsung memiliki seorang anak berusia lima tahun di usiannya yang menginjak 21 tahun. Apalagi mengingat juan begitu sangat hyperactive.

"Kalian bahkan tidak akrab sama sekali. Bagaimana bisa aku merestui kalian?". Desis juni.

"Hubungan kami lebih dari yang kamu tahu juni".

"Maksud mu?".

"Kami sudah lama berpacaran".

Terkejut? Tentu! Tapi juni tak menunjukkannya. Wajahnya dingin sedingin es. Lama diam dia kemudian berdiri, enggan untuk merespon fakta yang baru ia dengar.

"Pulang jey. Pulang dan anggap saja aku tidak mendengar perkataan mu dari tadi". Dengan kata lain, juni menolak permintaan jenar melamar mira.

Setelah kepulangan jenar, juni dengan cepat menginterogasi adiknya, bagaimana bisa ia menjalin hubungan dengan orang yang bahkan dia sendiri tak menyukainya?! bahkan bisa di bilang benci padanya. Juni tak habis pikir. Mereka sedang melawak!

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang