30. Panas kali lipat

73.9K 1.7K 39
                                    


Tangan kecil mengusap perut yang kini kian membesar. Usianya belum genap menginjak trimester  ketiga tapi bulatannya sudah termasuk sempurna.

Ditimpa tangan besar berurat yang kini ikut mengusap perut bulat Mira. "Ay– aku ngidam".

"Ngidam apa?".

"Pengen dielus sama kak Yoga". Kata mira, santai.

Namun reaksi Jenar sangat tidak santai, pria itu melotot sempurna sampai menghentikan elus di perut Mira.

"Becanda kamu. Ga ada! Ga mau! Ga rela saya kalau kamu dielus si duda mesum itu!".

Mira mencebik kesal, menyingkirkan tangan besar Jenar dari perutnya. Dia berjalan kearah balkon tanpa berkata sedikitpun.

Mira merajuk.

"Yang– kamu yang bener aja kek ngidamnya, kenapa harus ngidam dielus si Yoga sih?". Jenar berdiri di belakang wanita yang merajuk itu.

"Saya turuti semuanya. Kamu mau apa hem? Ke Paris? Ke Kyoto? Oh atau ke Kapadokia yang viral itu? Atau kamu mau saya makan Durian lagi kayak kemarin sampai saya huek huek? Saya turuti semuanya tapi engga dengan ngidam kamu yang minta dielus si Yoga".

Jenar tidak bisa berpikir baik terhadap Yoga temannya. Laki-laki itu sering sekali lirik perempuan yang lewat, sebab itu juga alasan dia diceraikan oleh istrinya, walau katanya itu cuma refleks pria itu, dan tidak ada maksud terselubung lainnya.

Jenar tidak peduli apapun alasannya, dia juga masih kesal karena Yoga pernah mencuri pandang kepada Mira di hari pernikahan mereka.

"Aku mau dielus–". Wanita itu menunduk menyembunyikan wajah sendu.

"Sini Mas elus". Jenar menarik tangan Mira lalu mengelus perutnya.

"Ga mau. Mau sama kak Yoga".

"Engga Mir. Siapapun asal jangan dia".

"Kalau suami orang nanti istrinya marah sama Mira".

Jenar mencebik kesal, lalu bedanya apa? Bagaimana dengan Jenar saat ini yang marah karena keinginan Mira. Dia mendesah pasrah, mengetik sesuatu pada ponsel pintar di tangannya.

"sudah saya kasih tahu Yoga. Lusa mungkin dia bakal kesini buat turuti permintaan ngidam aneh kamu". Cowok tinggi berperangai dingin itu melengos menjauh dari istrinya, Keluar kamar dengan langkah cepat.

Jenar merasa tidak terima dengan ngidam yang Mira inginkan, dari miliaran laki laki kenapa harus si Yoga?.

Langkahnya terhenti oleh suara decitan pintu kamar Juan yang terbuka. "Papa mau kemana?".

"Jalan jalan di kompleks".

"Juan ikut, sebentar! Mau ambil jaket". Anak kecil itu berlari kedalam kamar mengambil jaket tebal untuk menghangatkan badannya saat jalan jalan pagi di kompleks perumahan.

Suasana kompleks jam 08.00 wib tidak terlalu ramai orang, penghuni disana lebih memilih menghabiskan waktu weekend dengan jalan jalan seringkali hari minggu disini sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang terlihat sedang lari pagi atau sekedar menyiram tanaman.

"Mas Jenar tumben jalan pagi sama Juan juga. Hallo juan". Sapa wanita yang usiannya 5 tahun di bawah Jenar. Mereka tetanggaan dan lumayan sedikit akrab.

"Iya. Sekali sekali". 

"Mira ga ikut Mas?".

"Istriku lagi istirahat".

"oh– mau mampir dulu Mas?"

"Hum? Eng–".

"Engga! Makasih! Jenar harus nemenin istrinya yang lagi hamil!". Suara tak asing untuk Jenar. Wanita kecil dengan perut bulat itu tiba tiba muncul dari belakang Juan, menyilangkan kedua tangannya bersedekap di dada. 

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang