39. Keluarga bahagia

50.3K 1.3K 78
                                    

Baca sampai akhir ʕ•ε•ʔ

Cantik itu kamu, Mira Anjani– Jenar.

o(〃^▽^〃)o

"Ayo Jaehee, Kejar Abang!" teriak Juan, berlari kecil lalu di belakangnya diikuti oleh anak kecil umur satu tahun setengah, masih dengan langkah yang begitu hati-hati anak itu berjalan tertatih mengikuti langkah besar abangnya. 

Dua anak itu bermain di lahaman rumah yang penuh dengan rumput kecil yang menjadi pijakan keduanya. Di sebelah selatan mereka terdapat 6 orang dewasa dan satu anak kecil umur 2 tahun kurang yang menangis dalam gendongan seorang pria dewasa memakai kacamata. Juni Aljuni yang tengah menggendong Ully.

Glenca, istrinya hanya bisa terkekeh melihat repotnya Juni meredakan tangis putri kecil mereka seraya mengusap perut buncit berisi calon anak keduanya usia 6 bulan.

Keduanya diundang berkunjung kerumah Jenar dan Mira untuk acara bakar-bakar yang Mira adakan secara dadakan. Di sana ada juga Sinta dan Pradipta yang datang berkunjung.

"Kakek! Tangkap Jaehee!" Intruksi Juan. Adik kecil yang sedari tadi bermain dengannya tiba-tiba berlari ke arah para orang dewasa berada.

Hap!

Pradipta mengendong Jaehee diayun-ambingkannya kesana kemari, sesekali anak kecil itu akan melayang layang di udara. Pradipta membawanya menjauh dari tempat bakar-bakar karena jaehee pasti akan menangis meminta dipangku Mira, sama seperti Ully yang menangis karena ingin di gendong Glenca.

"Hum harumnya— jadi tambah laper." Bau asap dari ikan Nila bakar begitu menggugah selera Mira. Tak jauh dari mereka ada meja panjang dengan 4 kursi di setiap sisi yang memanjang. Di atas meja itu ada beberapa lauk pauk lainnya seperti Telur balado, Sate kambing, Ayam goreng, Rendang, tumis kangkung, dan beberapa sambal khas seperti sambah terasi,  sambah matah, sambal ijo dan sambal bawang. Tak lupa juga es sirup dan air putih yang wajib ada.

"Ikannya siap—" kata Glenca.

"Wah— enak nih kayanya" Juni mengambil alih ikan bakar dari tangan istrinya.

"iya dong, siapa lagi yang bikin."

"Siapa emang?"

"Mira dan Jenar hehe" Glenca menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, karena memang yang membuat ikan bakar itu adalah Jenar dan Mira, sedangkan Glenca sedari tadi hanya diam menonton sambil merecoki keduanya.

"Mas panggil Juan sama papa gih, kita langsung makan saja" Jenar mengangguk mengikuti perintah istrinya.

Disamping itu Sinta tengah menuangkan Es sirup kedalam setiap gelas, "Ma— Biar Mira saja yang tuang, Mama kesini cukup duduk dan makan. Mira ga enak sama Mama, masa tamu datang berkunjung  malah melayani sendiri?".

"Gapapa lah, Mama dari tadi Jenuh cuma lihat-lihat, gapapa gausah ga enakan sama Mama."

"kalau begitu makasih ya Ma—"

"Iya Sayang."

Sinta benar-benar baik, dia sudah seperti ibu kandung Mira sendiri, tidak ada yang namanya mertua yang kejam seperti ibu tiri pada diri Sinta. Selama Mira menjadi menantunya, Sinta begitu baik, bahkan kadang sangat-sangat baik.

Hari memasuki sore, pukul 15.05 matahari masih sangat terik, namun di halaman terbuka ini begitu teduh, terdapat tiga pohon mangga yang meneduhi tempat mereka duduk ditambah angin sepoi yang juga sedikit mendinginkan udara siang menuju sore itu.

Tak lama Jenar datang. Kedatangan Jenar dengan pradipta dan kedua anaknya membuat lengkap orang yang kini duduk memenuhi satu persatu kursian di samping meja. 

DUDA RESE! (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang