"mama– ga mau! Mau sama mama!". Juan merengek meminta digendong, Jenar sampai kewalahan memisahkan Mira dari pelukan erat Juan di perutnya. Mira tengah mengandung besar jangan sampai kandungannya kenapa napa karena Juan yang memeluk erat perut mira.
"Juan– sama papa. Lepasin tangan kamu kasihan mama".
Juan melompat lompat kesal. Ia menangis kencang mendapat tarikan dari Jenar yang memisahkannya dengan Mira. Namun anak itu terus memberontak dan sialnya tangan mungil itu tak sengaja memukul perut Mira. Pelan sih tapi mampu membuat Mira meringis ngilu.
"Aww sshh".
Jenar beralih kaget, ia lantas mengelus perut Mira penuh kelembutan. "Kamu gapapa kan? Masih sakit? Kita ke dokter ayok". Mira menggeleng pelan.
Anak kecil itu cukup terkejut karena tangannya mendarat di perut Mira, ia juga tidak menyangka mira akan kesakitan seperti ini, Juan tidak sengaja sumpah!.
Juan hanya ingin digendong mama, sudah sangat lama sejak kandungan Mira sedikit membesar Juan tidak pernah lagi digendong mamanya ini. Anak itu diam sembari memperhatikan pria dewasa yang sering dia panggil papa itu mengecek kondisi mamanya.
Selesai memastikan kondisi Mira baik baik saja, Jenar melirik jusan, rahangnya mengeras. Ia pikir ini karena dirinya terlalu memanjakan Juan, terlalu memberikan apapun keinginan Juan tanpa memikirkan mental anak itu.
Sekarang apapun yang Juan inginkan harus selalu dituruti. Apapun tanpa terkecuali, jika tidak anak itu akan tantrum berjam jam. Jenar merasa bersalah karena sudah sedikit keliru memanjakannya. Ini kesalahan dirinya.
"Juan-".
"Ya papa".
"Juan– Maafin papa. Dengerin papa, jika papa bilang tidak, itu artinya tidak. Juan tahu 'kan? Mama lagi bawa adiknya Juan di dalam perutnya, Juan tidak boleh sampai melukai mama, apalagi bikin mama repot. ADA PAPA. papa bisa gendong Juan kemanapun yang Juan mau. Untuk kali ini jangan sama mama, mama udah berat bawa adek di perutnya. Juan boleh digendong mama lagi, tapi tunggu adeknya lahir dulu. Papa sayang sama Juan, mama, dan adek. Jadi Juan juga harus sayang mama sama adek juga". Jenar berusaha memberi pengertian kepada anaknya yang sering sekali tantrum jika keinginannya tidak terlaksana.
"Papa akan hukum anak yang sikapnya jelek kayak tadi, kamu mau papa hukum?". Anak itu menggeleng dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. "Papa tahu juan ga sengaja, Kali ini papa maafin Juan, tapi jika terulang lagi, terpaksa papa hukum". Sebenarnya Jenar sendiri tidak tega, tapi jika tidak begitu juan tidak akan paham.
"Hiks– tapi– juan mau digendong". Juan mulai kembali menangis kencang.
"Iya. tapi sekarang biar papa yang gendong oke?".
Juan diam sejenak sembari menetralkan perasaannya, anak itu melirik Mira yang kini mengelus perut sambil tersenyum tipis kepada Juan.
"Maafin Juan, mama". Itu permintaan maaf tulus darinya karena sudah menyakiti Mira.
Jenar bernafas lega, akhirnya Juan bisa mengerti. Jenar mulai menggendongnya membawanya jalan jalan pelan kedepan kompleks. sementara mira, Jenar suruh istirahat.
Sebenarnya Mira tak tega, umur Juan masih 5 tahun setengah, 6 tahun kurang, jadi wajar jika dia masih ingin dimanja manja. Namun sungguh kondisi Mira yang sedang hamil besar 27 minggu, benar benar tidak mampu jika harus menggendong Juan juga. Ini juga kehamilan pertama bagi Mira, Mira masih sangat berhati-hati bahkan untuk jalan sekalipun.
Ia merasa bosan di tinggal sendiri, jika harus duduk di sofa sambil menonton TV yang tiap hari tontonannya semakin aneh. Mira berjalan pelan menuju kamar, dia selonjoran di atas ranjang dengan badan yang bersandar pada headboard kasur mereka yang syukurnya terasa empuk
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...