Wah ga nyangka belum sehari udah
400vote.〒_〒
Setelah penolakan juni waktu itu hingga pria itu mengusirnya dengan paksa, jenar tak mau berhenti hanya sampai disana. Pagi ini jenar kembali menghentikan mobilnya di depan rumah mira. Pintu pagar besi berwarna hitam itu tergembok rapat dari luar menandakan tidak ada orang lain di dalam rumah. Jenar mendial nomor mira dan menelponnya, panggilan itu terhubung tapi tidak ada suara di seberang sana.
"Saya di depan rumah. Kamu dimana?". Sempat hening beberapa saat sebelum akhirnya terdengar suara deheman laki laki di seberang telepon. Yang sedang mengangkat teleponnya ternyata Juni.
Handphone mira di tangan Juni. Pantas dari kemarin sore mira tidak menjawab pesannya.
"Jangan pernah hubungi mira". Imbuh juni lalu mematikan panggilannya secara sepihak. Jenar menghela nafas kasar, mengguar rambut hitamnya lalu menendang ban mobilnya.
Harusnya jenar tahu, menghadapi juni lebih sulit daripada sinta dan pradipta.
Terpaksa ia pulang dengan perasaan yang tak karu-karuan. Bagaimanapun jenar harus bertemu mira dan membahas hubungan mereka dengan jelas. Kalau juni menjauhkan mereka seperti ini lantas bagaimana cara mereka untuk berbicara.
Melacak keberadaan wanita itupun teramat sulit. Juni benar benar menutup aksesnya, lelaki itu bahkan ikut menghilanggkn jejaknya, seolah pergi ditelan bumi.
Mira pasti sedang kesulitan. Jenar tahu betul bagaimana Juni jika laki laki itu benar benar sedang marah.
Jenar frustasi, memukul setir mobil sangat keras. Bagaimana caranya untuk membujuk juni.Berhari hari menyusuri setiap jalanan mencari sosok yang siapa tahu bisa jenar temukan. tak kunjung mendapat hasil memuaskan seolang usaha telah menghianati hasil.
Hari semakin petang. Jenar terpaksa pulang, menjemput juan yang kini berada di rumah sinta menunggu kepulangannya. "Papa— mama mira mana?". Anak kecil itu menarik jas hitam laki laki yang ia sebut papa, menanyakan sosok wanita yang sangat ia rindukan. Jenar memangku juan, membawanya duduk di sofa.
"Mama mira lagi ga bisa kesini, dia sibuk". Bohong jenar.
"Yah— juan mau main sama mama padahal".
"Nanti ya—".
Sinta yang ikut menyimak menyipitkan matanya. Menduga duga dari ekspresi anaknya yang tak ada biar semangat sama sekali. Pasti ada sesuatu antara mira dan jenar.
"Bagaimana dengan kelanjutan hubungan kalian, waktu itu kamu sudah ngomong kan sama teman mu itu abangnya mira?".
Jenar mengangguk pelan. Ia menurunkan juan dari lahunannya. "Jenar sudah ngomong. Ma".
"Terus bagaimana? Abangnya setuju?".
Jenar diam, seolah tidak mau mengatakan bahwa dia ditolak. "Sepertinya. Jenar harus berusaha lebih keras lagi". Dari jawabannya sinta sudah tahu pasti itu tidak berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.
"Sudah mama duga".
Sinta sudah menduganya, pasti tidak akan semudah itu, apalagi posisinya mereka berteman. Kakak kandung mira pasti akan sedikit ragu melepaskan adik perempuannya kepada duda anak satu.
Sinta sedikit kasihan sama jenar, sudah lama menduda dan saat menyukai perempuan lagi, malah jatuh pada hubungan rumit dengan seorang wanita muda, adik dari temannya sendiri.
Berulang kali jenar mencari dan terus kembali ke rumah mira, barangkali wanita itu telah kembali pulang. tapi nihil, sama sekali tidak ada tanda tanda keberadaan mira dan juni.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUDA RESE! (21+)
RomanceGema desah memenuhi gendang pendengaran keduanya. Setiap sudut ruangan tak lepas dari decakan lendir yang dihasilkan dari sebuah penyatuan. Mira mengeluarkan suara suara erotis yang bisa membangkitkan gairah lelaki di atasnya. Mira tak pernah menya...