Ch 52 : Kalau Kita Punya Rumah Sendiri

4.3K 678 327
                                    

Target vote 800 & komen 300 ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
Target vote 800 & komen 300 ya
.

One Month Later

Paginya, Archilleo bersiap kembali untuk menuju bandara, rutinitas pulang perginya menjadikan jet pribadi seolah mobil dinas sudah berlangsung selama sebulan penuh.

Benar ucapan Naufal, itu sangat melelahkan tapi anehnya keinginan untuk melihat Tealia membuatnya tetap naik ke dalam jet pribadi itu.

Berpakaian rapi menunduk di atas Tealia yang masih tidur, seperti biasanya Archilleo membangunkan wanita itu dengan ciumannya. Melihat Tealia menggeliat, Archilleo tanpa ditahan tersenyum. Menciumnya sekali lagi.

Akibat tiap malam selalu di cumbu begitu, Tealia dengan spontan mengalungkan lengannya ke leher Archilleo, mulai bersenandung pelan membuat Archilleo terkekeh.

Mengusap lengan atas Tealia, "Lepas sekarang, aku harus pergi" bisiknya yang justru membuat Tealia mengeratkan pelukannya.

Dengan itu, Archilleo tak memaksa, sebulan ini ia punya rutinitas baru membujuk Tealia tiap pagi agar melepaskannya. Mengusap dahi Tealia hingga ke rambutnya menunggu wanita itu kembali tertidur. Tapi setelah mencoba melepaskan tangan Tealia lagi, wanita itu justru terbangun lagi.

Membuka matanya menatap Archilleo. Archilleo balas tersenyum. "Tidur lah lagi" bisiknya mulai menutup mata Tealia dengan telapak tangannya.

Tapi saat itu kepala Tealia menggeleng. "Tidak usah pergi~" rengeknya dengan setengah mata tertutup. "Nanti pesawatnya jatuh" tambahnya lagi membuat Archilleo tersentak.

Kejadian tadi malam dengan mudah berputar di kepalanya, saat ia pulang terlambat karena hujan ia menemukan Tealia menangis di bawah selimut hanya karena melihat berita pesawat jatuh, bahkan setelah di bujuk dan di peluk olehnya, Tealia masih saja sesegukan terisak sepanjang malam yang ternyata masih membawa trauma sampai pagi ini.

"Aku tidak ingin kehilangan suamiku" gumamnya lagi membuat Archilleo tertegun lagi.

Mencium kening Tealia, berusaha menenangkannya. "Tidak akan, suamimu naik jet pribadi bukan pesawat komersial" balasnya dengan suara tersenyum.

"Tapi jet pribadi juga bisa jatuh, suamiku hanya satu, bagaimana kalau dia tidak kembali lagi?" rengeknya terus menerus yang membuat tawa rendah keluar dari bibir Archilleo.

Melihat Tealia lebih rewel dari hari-hari sebelumnya, Archilleo mengulurkan tangannya ke bawah punggung Tealia lalu menarik wanita itu agar duduk bersandar padanya. Memeluknya dan mulai menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri, "Akan aku pastikan suamimu kembali dengan selamat" bujuknya.

Memeluk leher Archilleo erat-erat, "Tidak mau, katamu kita pergi bulan madu, tapi kenapa kau terus pergi bekerja" ucapnya tak terima terus saja di tinggalkan selama siang harinya.

Dengan itu Archilleo kaget, biasanya Tealia lebih mudah dibujuk kenapa hari ini sangat sulit. Menunduk, mendekat pada telinga Tealia. "Apa tidak cukup dengan bercinta di malam hari sekarang kau ingin melakukannya pada siang hari juga?" Bisiknya menggoda mengusap punggung Tealia yang hanya mengenakan piyama sutra tipis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wedding HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang