36

1.4K 41 0
                                    

sedari tadi dewa terus memuntahkan isi perutnya membuat tenggara khawatir dengan keadaan dewa, pasalnya yang dia muntahkan hanya cairan bening saja.

"sayang kamu gapapa? kita ke dokter ya?" ucap tenggara khawatir melihat istrinya yang seperti ini.

"ngga mau, aku baik baik aja"

"baik baik aja gimana orang dari tadi kamu muntah muntah terus! nurut ya demi kebaikan kamu"

dewa cuma ngangguk saja dia sudah tidak ada lagi tenaga untuk menjawab ucapan tenggara, badan nya sangat lemas.

brukk

tiba tiba badan nya ambruk untung tenggara masih sempat menangkap nya kalau tidak sudah dipastikan dewa tersungkur ke bawah.

dia yang melihat dewa pingsang tambah panik dan buru buru menghubungi dokter. dia juga menghubungi orang tua nya supaya datang ke rumah.

TING....
TONG...

dia membuka pintu dan disana terdapat dokter yang sempat dia hubungi tadi.

"mari masuk pak" ucap tenggara yang dibalas anggukan kepala.

dokter itu masuk mengikuti tenggara di belakang nya. sampai di dalam kamar dokter itu menghampiri tubuh dewa yang sedang terbaring di ranjang.

"tolong periksa istri saya dok"

"baik saya periksa"

dokter mulai memeriksa dewa setelah selesai dia kembali berdiri.

"kenapa dok istri saya kenapa?" ucap tenggara khawatir.

"ini memang tidak biasa tapi banyak juga yang mengalaminya... selamat istri anda sedang hamil" ucap dokter itu sambil tersenyum.

tenggara terdiam sesaat mendengar ucapan dokter di depan nya.

"maksud dokter istri saya hamil" tanya tenggara memastikan.

"iya nanti saya berikan obat pereda mual dan jangan sampai telat makan" ucap dokter wisnu.

tenggara sangat senang mendengar kalau istrinya sedang hamil.

"baik dok terima kasih" ucap tenggara yang di balas anggukan kepala, dokter wisnu mulai membuatkan resep obat untuk dewa.

"ini nanti di minum tiga kali sehari, kalau begitu saya permisi karena masih ada kerjaan"

"baik mari saya antar" ucap tenggara, dokter wisnu mengangguk.

tenggara mengantar dokter wisnu sampai ke depan pintu masuk saat dia membuka pintu ternyata mamahnya sudah berdiri di sana.

"mah udah lama?"

"ngga juga mamah baru sampai tadi,  dimana dewa apa dia baik baik aja?"

"saya permisi dulu" ucap dokter

"baik dok terima kasih" ucap mamah vera.

mamah vera masuk ke dalam menuju kamar dewa dan melihat kondisi mantunya yang sedang terbaring di ranjang.

"sebenarnya dewa kenapa gara?"

"dia baik baik aja mah cuma—— " dia menjeda ucapannya karena mendengar lenguhan dari mulut dewa.

"eungh~ pusing banget"

"ada mamah?" lanjutnya, dia berusaha duduk sambil bersandar pada headboard sambil memegang keningnya yang terasa sangat sakit.

"udah bangun sayang mana yang sakit?" ucap mamah vera dengan raut wajah khawatir.

"ngga ada mah cuma pusing aja"

"syukurlah kalau kamu baik baik aja dan... dewa kenapa gara?" ucapnya sambil tersenyum menatap mantunya lalu berganti menatap anaknya dengan raut penuh tanya.

tenggara tersenyum lalu mengecup kening dewa, "dewa hamil mah" ucapnya.

mamah vera dan dewa terdiam tidak percaya dengan ucapan tenggara.

"kamu jangan bercanda gara aku cowok masa hamil?"

"bener sayang ini keajaiban yang tidak semua orang miliki" ucap tenggara.

"selamat ya sayang mamah seneng banget akhirnya bakal punya cucu"

mamah vera berucap dengan wajah yang tersenyum ceria menatap dewa.

"kamu ngga seneng sayang kalau punya anak" tanya tenggara menatap istrinya yang sedari tadi diam saja sambil memegang perutnya.

"seneng aku seneng banget malahan" ucap dewa, tenggara yang mendengar ucapan dewa ikut tersenyum bahagia.

"mamah harus kasih tahu Sintia ini" ucap mamah vera yang langsung membuka ponsel miliknya.

sedari tadi dia tidak melunturkan senyum nya entahlah dia merasa sangat bahagia akan mendapatkan cucu.

selesai.

𝐓𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚𝐫𝐚 𝐃𝐞𝐰𝐚 [bl end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang