1

5.5K 205 3
                                    

Hana Rizkina Nafila merupakan sosok wanita cantik yang selalu berjalan dengan anggunnya. Tutur katanya lembut sekali. Teman-temannya bahkan sampai terpesona dengan bagaimana kalimat-kalimat sopan yang keluar dari bibir cantik itu. Wanita berumur dua puluh tahun bulan depan itu disukai oleh banyak orang karena pribadinya yang baik. Bahkan para dosen juga sangat menyukai Hana karena pribadi yang cerdas. Dia terkenal sampai ke penjuru kampus, dari kating rambut gondrong sampai adek kelas yang unyuk gemes imoet--STOP!

Itu semua bohong. Selamat hari kebalikan. Tapi fakta bahwa Hana itu cantik memang benar. Itu sebabnya Angkasa, sang Presiden Mahasiswa (on the way lengser) bisa digaet Hana.

Hana dikenal oleh teman-temannya sebagai teman yang kocak. Teman yang berani tapi juga takut. Teman yang sering melucu dan teman yang jahil. Seperti kejadian terbaru, dia dan Arya menempel di jendela kelas untuk menjahili orang-orang yang lewat di bawah.

"Hey! Hey! Hey!" panggil Hana membuat dua laki-laki di bawah yang sedang melintas langsung mendongak ke lantai dua, di mana panggilan berasal.

Lalu saat melihat dua laki-laki itu masuk dalam perangkapnya, Hana langsung berucap, "Hey Tayo, Hey Tayo. Dia bis kecil ramah." Setelahnya wanita itu terkikik bersama sahabatnya yang tak lain Arya di jendela sebelahnya. Laki-laki di bawah langsung berjalan cepat salah tingkah, membuat Hana tertawa puas.

Namun dari semua kejelekan itu, Hana dikenal sebagai teman yang baik. Dia tak sungkan membantu temannya meski tak dimintai bantuan. Seperti sekarang saat dia melihat Arumi, teman kelasnya yang tengah menjatuhkan buku-bukunya di depan para kating. Dia segera berlari membantu Arumi.

"Ra usah dibantu, Cok," [nggak usah dibantu, hei] cicit Arumi dengan bibir yang tersenyum lebar.

"Aku ngerti awakmu ape caper nang konco e Angkasa 'kan?" [Aku ngerti kamu mau caper ke temen Angkasa 'kan?] tebak Hana dengan tersenyum lebar.

Arumi menipiskan senyumnya. "Lek wes ngerti lapo jek dibantu, Cok." [Kalo udah ngerti kenapa masih dibantu, wei.]

Hana mengedikkan bahunya. "Suka aja lihat koe gagal caper."

Arumi ingin sekali melempar buku-buku itu ke wajah Hana, wajah yang kini terlihat sok polos itu. Sabar, sabar, Hana memang semenggemaskan itu kok.

Teman-teman Angkasa menaruh perhatian pada Hana yang terlihat sebagai dewi kebaikan karena ke-garcep-an wanita itu menolong seseorang. Mereka tak tahu saja bahwa Hana sedang menjahili teman kelasnya.

Tak hanya itu, di lain hari, Hana tak ayal juga sering menjahili teman-temannya. Seperti memberitahu dosen akan hadir padahal saat itu Hana dikabari oleh dosen tersebut bahwa akan meliburkan kelas. Apalagi saat itu hanya satu mata kuliah. Serasa sia-sia datang ke kampus.

Itulah Hana, dia sosok yang sangat dihindari oleh teman-temannya, tapi di satu sisi juga disukai teman-temannya karena menjadi sosok yang jujur akan perilaku jeleknya. Tidak pencitraan seperti wanita cantik lainnya. Dia adalah dia dengan segala kekurangan yang dia banggakan.

Iya, dia bangga dengan kekurangannya.

Begitulah Hana dikenal di kampus. Di rumahnya beda lagi.

Hana bukanlah Hana yang bisa tertawa ngakak melihat teman-temannya yang terpeleset, Hana bukanlah Hana yang bisa ngopi sampai dini hari bersama Angkasa dan beberapa kating laki-laki teman pacarnya itu, Hana bukanlah Hana yang tanpa hijab. Dia dikenal sebagai orang yang berbeda. Yakni sebagai orang yang berhijab, anggun, dan sosok yang disegani akibat ayahnya seorang guru besar agama yang bekerja di salah satu universitas bergengsi di Surabaya dan ibunya mendirikan madrasah untuk para anak jalanan.

Hal itu menjadi satu hal yang Hana selalu sesali pada Tuhan mengapa dia harus lahir di keluarga yang agamis padahal kelakuannya seperti setan. Bukannya dia tak bersyukur, hanya saja Hana takut mempermalukan orang tuanya melihat tingkahnya yang seperti pengkhianat keluarga.

ILA LIQOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang