Entah memiliki dosa apa Hana sampai-sampai dosen matkul negosiasinya memasukkan dia ke kelompok tugas yang isi anggotanya adalah Arya, Yoga, dan Tora. Seakan tak ada mahasiswa lain di kelasnya padahal ada sekitar 38 kepala di kelas itu.
Sepulang kuliah saat langit sedang di atas kepala sedang panas-panasnya, Hana dan lainnya sedang duduk lesehan di gazebo bambu dengan alat tempur pengerjaan tugas.
"Cepet jelasin secara jelas, detail, jangan singkat, jangan padat," ujar Yoga pada Hana yang sedang menikmati makan siangnya di warung angkringan dekat kampusnya.
Hana tak menggubrisnya dan malah lanjut makan seolah tak mendengar apapun.
Saat ini 'ceritanya' mereka sedang mengerjakan tugas dari matkul negosiasi yang diberikan pagi tadi dan akan dikumpulkan tengah malam ini. Namun dalih mengerjakan tugas itu hanya formalitas saja karena sejatinya mereka sedang memojokkan Hana agar bercerita tentang; bagaimana bisa seorang Hana yang sebelum liburan membenci Pak Abi dengan level tertinggi tiba-tiba menikahinya, bagaimana bisa pula Hana menikah saat sedang pendidikan padahal yang mereka tahu Hana berjiwa bebas dan bukan penganut nikah muda.
Tora menyenggol kakinya di bawah meja, menyuruh Hana segera bercerita.
"Lagi makan su asu," umpat Hana sembari memperlihatkan piringnya yang isinya sudah tinggal seperenam.
Arya yang sejak tadi hanya memandangi Hana dengan tangan terlipat di depan dada akhirnya menyuruh Tora dan Yoga berhenti, dia lalu mengajak mereka mengerjakan tugas.
"Joki ae wes joki," celetuk Tora yang mulai memiringkan ponselnya, pertanda dia akan mulai bermain game.
Hana langsung menggeplaknya. "Pas kuliah joki entar lulusnya jadi pejabat," ledek Hana.
Tora tak menoleh meski kepalanya dipukul sebab dia sudah mulai serius memainkan gimnya. "Sok suci leng celeng, semester 1 kau full joki. Mentang-mentang sekarang nikah ama dosen bjir," gerutunya yang membuat Hana kembali menggeplak kepala Tora.
Kali ini lelaki itu melotot sekilas ke arah Hana lalu kembali menatap ponselnya lagi.
"Diem, lu udah janji ya, Tor," ujar Hana yang membuat lelaki itu cengegesan. "Sollllyyyy," katanya.
Hana menandaskan makanannya sebelum akhirnya bergabung dengan Yoga dan Arya yang sedang serius berdiskusi mengerjakan tugas Negosiasi.
Selama mengerjakan, Hana merasa opini-opininya jarang dianggap oleh Arya, dia hanya mendengarkan Yoga yang sedikit banyak pemikirannya adalah milik Hana. Bahkan Arya tak mau bertabrak pandang dengannya, kepalanya selalu menoleh ke arah Yoga.
Yang bener aja, Ya. Masa cewek secantik dan segemes Hana diabaikan.
Setelah hampir tiga jam berdiskusi, akhirnya tugas mereka selesai dikerjakan dengan presentasi pengerjaan Arya 70℅, Yoga 25℅, dan Hana 5℅. Tora? Memang bangke dia.
"Pada mau sate nggak?" tawar Yoga yang akan ke kasir untuk kembali memesan makanan.
Hana dan Tora langsung mengacungkan tangannya semangat.
Yoga menyenggol Arya yang sedang fokus mendesign poster organisasi dengan telinga memakai earphone.
Arya mendongak dengan pandangan bertanya. "Mau sate nggak?" tanya Yoga yang membuat Arya mengerutkan keningnya.
"Sate siang-siang emang ada?"
"Ada depan. Mau nggak?" desak Yoga yang ingin cepat.
Arya pun mengangguk membuat Yoga segera menarik Tora untuk ikut memesan dengannya, meninggalkan Arya dan Hana dengan dunianya masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.