Sejak kemarin lusa Hana tak mood, wajahnya cemberut, dan bicaranya irit. Kalau ditanya Pak Abi jawabannya: lagi puasa bicara.Pak Abi mengakak mendengar itu, bukan apa, manusia yang paling boros kata-kata seperti Hana tiba-tiba diam dengan alasan puasa bicara?
Siapa yang akan percaya?
Tapi Pak Abi tak mempermasalahkan itu sebab bukan hanya dia yang didiamkan, ada Abi, Mas Arya, dan Mas Amin juga sampai-sampai mereka bertanya pada Pak Abi apa penyebabnya yang dijawabi sesuai dengan jawaban Hana.
Bahkan Arhan yang masih kecil pun ikut didiamkan. Hanya para wanita saja di rumah itu yang diajak bicara.
"Saya kayaknya pulang larut malam karena masih ada rapat sama kaprodi, jangan ditunggu, istirahat duluan saja Na," ujar Pak Abi sembari mengancing kancing lengan kemejanya.
Hana yang sedang memasukkan barang-barangnya ke dalam tas kuliahnya mengangguk.
"Kamu pulang jam berapa nanti?" tanya Pak Abi sembari berdiri di depan wanita yang menggunakan baju kebaya kekinian itu.
"Malem juga, nanti ada acara prodi sampe sore, terus malemnya beberes sambil evaluasi," ujar Hana dengan intonasi seperti malas berbicara.
Pak Abi memperlihatkan kancing lengannya yang belum terkancing, menyuruh Hana untuk membantunya untuk mengancingkan.
Istrinya itu mengangguk dan bergerak untuk membantunya.
Pak Abi melihat wanita di depannya. Dia berpikir sebentar, sepertinya bukan sedang puasa karena wajah wanitanya itu tampak tak bersemangat dan terlihat seperti sedang ... mengambek?
"Kira-kira jam berapa pulangnya? Biar bareng sekalian sama saya."
"Jam 10 atau jam 11 malem."
"Yasudah, nanti pulangnya bareng saja kalo begitu," ujar Pak Abi yang diangguki Hana.
Semakin aneh bukan? Biasanya istrinya itu akan protes jika dia bilang akan pulang bersama. Biasanya akan bertengkar kecil dulu bilang takut ketahuanlah, takut terciduklah, takut jadi topik panas kampuslah. Ini sekarang menerima dengan lapang dada.
Beneran sedang pundung?
Setelah berhasil mengancing lengan kemeja Pak Abi, Hana terlihat akan menyingkir tetapi tak jadi karena Pak Abi mengulurkan dasi hitam ke arahnya, meminta Hana untuk membantu memakaikannya.
"Bapak kan bisa?" tanyanya heran karena setiap hari dosennya itu biasa memakainya sendiri.
"Kamu juga bisa kan?" tanya Pak Abi balik.
"Kalo Bapak bisa, ngapain harus saya?"
"Kalo kamu bisa, ngapain harus saya?" ujar Pak Abi meniru intonasi Hana.
Hana mengerutkan alisnya sampai seperti Angry Birds.
Pak Abi tertawa renyah. "Saya cuma minta tolong, jarang-jarang kamu pakein dasi saya," kata Pak Abi pada akhirnya sebab dia sadar Hana benar-benar sedang merajuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.