34

3.6K 288 41
                                    

Akhir pekan itu sesuai rencana, Hana dan Pak Abi pergi ke rumah keluarga besar dosennya itu yang ada di Jombang. Mereka pergi saat matahari sedang terik pukul dua siang agar waktu di sana sedikit, jadi saat langit gelap, mereka bisa pamit pulang.

Tahu 'kan ide siapa?

Jalanan begitu lenggang siang menuju sore itu sebab Pak Abi memilih menggunakan jalur tol. Kendaraan yang dikemudikan dosennya itu melaju dengan tenang.

"Pak, hukum musik apa?" tanya Hana setelah tadi berdebat dengan Pak Abi masalah pemutaran audio. Pak Abi ingin murottal sedang Hana ingin dangdutan, yang berakhir mereka mendengarkan 'Suara Hujan Pengantar Tidur 8 Jam'.

Ya daripada terjadi perdebatan yang tiada usainya.

"Haram," jawab Pak Abi singkat yang membuat Hana menoleh dan ingin menyanggahnya. Begini-begini Hana sedikit tahu perihal agamanya, meskipun tak bisa dibandingkan dengan Pak Abi.

"Kalau dibarengi dengan kemaksiatan seperti minum-minuman keras, perzinaan, perjudian, ataupun melalaikan kewajiban," tambah Pak Abi yang membuat Hana berdecak kesal.

"Yang serius, Pak. Hukumnya musik terkhusus dangdut yang mau saya puter ini apa?" ujar Hana lagi.

"Sebagian mengharamkan. Tapi ikut yang Mubah. Apalagi kalau digunakan untuk berdakwah dan ketika menggunakan musik pendengarnya bisa lebih mengerti dan semangat, itu dianjurkan. Makruh, jika tak ada manfaat di dalamnya. Haram, bila mengajak pada perilaku kejelekan."

"Contoh yang mubah apa?" tanya Hana yang membuat Pak Abi menoleh, sebelum akhirnya kembali fokus menatap jalanan.

"Saya seperti sedang menjelaskan ke anak SD jika contoh itu saja saya yang harus mencarinya," ledek Pak Abi yang membuat Hana memukul lengannya.

"Ih ga boleh merendahkan orang kayak gitu, saya cuma pengen tahu contoh dari Bapak," ujar Hana.

Pak Abi mengangguk-angguk dengan wajah meledek.

"Ya kayak lagu kisah nabi, malaikat, dan lagu-lagu anak lainnya."

"Ih itu kan lagu anak-anak," sela Hana.

"Lah kenapa? Musik itu irama, segala sesuatu yang menghasilkan irama dinamai musik. Lagu anak-anak berirama, bisa dikategorikan musik juga dong."

Hana mengambil nafas panjang dan menghembuskannya pelan. "Maksud saya, lagu dewasa yang hukumnya mubah. Contohnya seperti apa Bapak Abi yang terhormat?" katanya sembari menggertakkan giginya.

Pak Abi menahan tawanya melihat Hana yang berusahalah menahan kejengkelannya.

"Lagunya dewa, yang Pangeran Cinta itu katanya ambil dari potongan-potongan surat dalam Al-Quran."

Hana mengangguk-angguk. "Kalo makruh?" tanyanya lagi.

"Kebanyakan yang tentang cinta-cintaan gitu."

"Yang haram?"

"Cinta satu malam oh indahnya," ujar Pak Abi sembari mengucapkannya dengan nada orak-arik.

"Ih Bapak kok tahu?? Pernah denger ya? Ih dosa tauuuuk."

"For your information aja nih, Na. Saya juga manusia yang pasti pernah berbuat dosa. Lagi pula gimana saya bisa nggak hafal kalo lagunya booming dan sekitar saya banyak yang muter lagu itu. Di warung, angkringan, jalanan desa, dan lain-lain."

Hana melirik Pak Abi tak percaya yang membuat Pak Abi mencubit pipinya gemas.

"Berarti kalo dengerin lagu rungkad hukumnya apa, Pak?"

"Isinya tentang apa?"

"Patah hati gitu, sama penyesalan karena udah habis-habisan mencintai seseorang."

ILA LIQOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang