30

3.8K 288 43
                                    

Setelah melaksanakan kewajiban hamba pada Penciptanya, Pak Abi memanggil Hana untuk datang dengan tugas yang diberikannya tadi.

Tak berapa lama, Hana datang ke pojok ibadah kamar tempat Pak Abi sekarang duduk lesehan di atas sajadah sembari menyandarkan punggungnya ke wall panel.

"Sini," katanya sembari menepuk space kosong di depannya.

Hana menurut dan duduk di depan Pak Abi dengan jarak semeter sebelum akhirnya kedua lututnya ditarik sampai menabrak dengkul Pak Abi.

Too closeeeeee.

Yang bener ajalah, Pak. Mana bisa fokus kalo sedeket ini.

Hana menyerahkan kertas tugasnya yang diterima oleh Pak Abi tanpa melihat isinya.

Padahal Hana sudah seniat itu membuatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal Hana sudah seniat itu membuatnya.

"Coba jelaskan mahram muabbad dan muaqqad?" ujar Pak Abi

"Mahram muabbad adalah orang-orang yang haram dinikahi selamanya. Contohnya nasab dan hubungan sepersusuan. Sedangkan mahram muaqqat adalah orang-orang yang haram dinikahi untuk sementara waktu karena sebab tertentu. Jika sebabnya hilang, maka hilang pula keharamannya. Contohnya sebab pernikahan."

Pak Abi mengangguk menerima jawaban Hana.

Fyuuuuh, untung tadi Hana belajar karena tahu Pak Abi pasti mengetesnya.

"Jadi, siapa saja mahram untuk kamu?" tanya Pak Abi sembari meletakkan tangannya di lutut Hana, menghentikan Hana yang mundur perlahan untuk memberikan jarak.

Fokus Hana langsung kocar-kacir karena tangan Pak Abi, juga karena tampilan Pak Abi yang Hana akui  ... tampan sekali, jika dilihat sedekat ini.

Pak Abi menunggu dengan sabar sembari terus memperhatikan Hana yang membuat Hana salting brutal.

Bisa merem aja nggak, Pakkkkkkk?!

Exhale inhale, Hana. Harus gengsi dong kalo kelihatan salting.

Hana berdeham dan mulai sok tenang meski jantungnya dj remix-an.

"Banyak pak, ada mahram yang dari nasab, pernikahan, juga sepersusuan."

"Coba sebutkan mahram yang dari nasab kamu," ujar Pak Abi sembari menjauhkan kertas Hana, seperti sudah hafal bahwa Hana akan menyontek jawaban dari situ.

"Kakek dari kedua orang tua sampai ke atas, saudara laki-laki, paman atau saudara dari kedua orang tua, keponakan, cucu keponakan dan seterusnya, anak, cucu anak, dan seterusnya."

"Suami bibi?"

"Bukan mahrom, tapi tidak boleh dinikahi karena pernikahan, " jawab Hana tegas dan sangat percaya diri.

"Sepupu?"

"Bukan mahrom dan boleh dinikahi."

"Suami?"

ILA LIQOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang