Hari-hari Hana mulai kembali tertata kala dia fokuskan pikirannya pada setiap proker di KKN-nya.
Sepertinya yang dia butuhkan memanglah keramaian agar pikirannya tak terus-terusan memikirkan sesuatu yang di luar kuasanya.
Hari ini Hana disibukkan dengan mem-packing souvenir dan merchandise dari sponsor.
"Ini kalo pada nggak dateng yo kebacut rek," keluh Resti karena tangannya pegal membungkus ratusan barang untuk acara minggu depan.
"Asli, udah sebanyak ini sovenirnya kalo nggak dateng ya emang nggak mau diedukasi," sahut Zee yang tampak bosan melakukan aktivitas yang sama berulang kali.
Tahu apa yang membuat mereka kelelahan? Sebab 350 bungkus souvenir dan merchandise yang isinya ada tujuh macam itu harus diberi pita, ditempeli stiker promosi persatu barangnya, lalu dibungkus sampai rapi.
Idenya si Jidan untuk menambah beban kerja mereka, padahal jerih payah itu sama sekali tak digaji, malah mereka yang mengeluarkan uang untuk membeli beberapa properti.
Eh si koplak itu malah mengada-ada, mana tak ikut membantu pula.
"SaAaAabaaaar," ujar Hana yang langsung diteriaki, "Umah!" secara serentak oleh teman-temannya.
Hana mengakak lalu melempari Resti yang paling semangat meneriakinya dengan popok sponsor.
"Kok iso-isone ngomong sabar padahal kita disuruh kerja bagai duda," ujar Resti yang langsung disahuti, "Kuda anjing!" oleh Mira.
"Jadi yang bener kuda apa anjing?" tanya Jidan yang tiba-tiba masuk ke ruang tamu untuk mengambil barang.
"Woy setannn, bantuin!" teriak Resti yang membuat Jidan terlonjak kaget.
"Istighfar lu Res, Res, bar-bar bener jadi cewek, contoh kelembutan hati Umah tuh," ujar Jidan yang membuat Resti melempar popok yang dilempar oleh Hana tadi ke arah wakil ketua kkn-nya.
"Lu Umah-Umah melulu, awas ditendang Pak Angkasa lu."
"Kenapa? Cemburu ya, Sayang?" asbun Jidan yang membuat Resti langsung histeris.
"SAYANG MATAMU! AMIT-AMIT GUSTIII," sahut Resti heboh sembari mengetuk kepalanya dengan tangan sebelum akhirnya mengetuk tembok—isyarat keengganannya mempunyai hubungan dengan Jidan.
"Benci gue sewajarnya ajalah Res, entar cinta mati malu loh," kata Jidan yang membuat Resti bangkit daru duduknya untuk menabok mulut asbun lelaki itu yang takutnya diaminkan malaikat.
"BERHENTI LU SETAN!" teriak Resti kala Jidan lebih dulu melarikan diri.
Angkasa yang baru masuk ke ruang tamu langsung berdecak melihat anggotanya yang main lari-larian di tempat sesempit itu.
"Gais yang cewek, jangan lupa besok diundang acara pengajian di desa, dimintai tolong buat bantu-bantu juga," ujar Angkasa yang membuat Oliv menggerutu.
Zee bahkan berani berkata, "Kebaikan kita kayaknya dimanfaatin deh, dikit-dikit kita suruh bantuin, dikira pos pelayanan kali ya?"
Mungkin saat awal-awal mereka semua ikhlas melakukannya, tetapi semakin kebelakang para warga semakin melunjak.
"Ya gimana Zee, kita di sini numpang. Sabar, dua minggu lagi juga dah kelar," ujar Angkasa menenangkan.
"Nggak si Umah, nggak si Bapak bilangnya sabarrrr mulu, ini kalo sabar bisa diuangin, gue dah kaya raya," celetuk Zee yang ditanggapi kekehan oleh ketuanya.
"Btw ada yang mau ikut ke puskesmas nggak? Nganter si Bara, lagi demam."
"Udeh udeh, langsung aja Umah gitu, pake nanya-nanya segala, padahal tujuannya emang Umah," sahut Resti dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.