29

3.1K 257 32
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul sembilan malam terdengar suara pin pintu di tekan, membuat Hana yang duduk di sofa ruang santai langsung gelagapan dan berniat sembunyi pasca tragedi panggilan sayang di chat tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul sembilan malam terdengar suara pin pintu di tekan, membuat Hana yang duduk di sofa ruang santai langsung gelagapan dan berniat sembunyi pasca tragedi panggilan sayang di chat tadi.

Tiba-tiba dia berhenti bergerak.

Untuk apa bersembunyi? Yang ada semakin membuat Hana malu.

Apa tebal muka saja ya? Pak Abi bukan tipe orang yang meledek.

Beberapa detik setelahnya Pak Abi muncul dari balik pintu dengan wajah lelah tetapi tetap menampilkan senyumannya.

ABIS CUKURAN?? MASYAALLAH GANTENG BANGET SUAMI ORANGGGGGG.

Bebi fish banget kalo rambutnya dipotong begitu dan nggak ada jenggot.

Kek berubah orang nggak siiiiii?

Pak Abi mengucap salam yang dijawab oleh Hana dengan senyuman meski hanya sekilas sebelum akhirnya pura-pura fokus pada kertas di meja.

*Sedang menyaltingi perubahan Pak Abi yang tiba-tiba jadi gwanteng bwanget.

"Hana," panggil Pak Abi yang membuat Hana menoleh ke arah pria berkemeja putih itu.

"Iya, Pak?" tanya Hana dengan menahan ekspresi senangnya melihat tampilan fresh Pak Abi.

"Saya baru pulang mencari rezeki buat kita, setidaknya adakan sambutan meski hanya salim tangan," ujar Pak Abi yang membuat Hana hormat dan segera bangkit dari duduknya.

"Maaf Pak, newbie, pertama kali nikah soalnya," kelakar Hana sembari mengulurkan tangan untuk menyalami tangan Pak Abi.

"Sama, saya juga," ujar Pak Abi yang tiba-tiba memeluk Hana membuatnya langsung diam bak patung.

"Sebentar, ya. Saya mau melepas penat," katanya sembari mengeratkan pelukannya.

Jantung Hana yang tenang tiba-tiba seperti sedang dangdutan.

INI PAK ABI DENGER NGGAK YA??

Hana mentuktuk punggung Pak Abi dengan telunjuknya.

"Pak saya udah mandi."

"Pantes bau harum."

"Bapak bau asem."

"Saya di ruangan ber AC."

"Beneran asemmmm."

"Kamu nggak mungkin mati cuma karena cium bau asem."

"Tapi saya bisa pingsan," ujar Hana dramatis yang membuat Pak Abi akan menjauhkan tubuhnya, tetapi ditahan oleh lengan Hana.

"Bercanda," katanya sembari cekikikan membuat Pak Abi menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelahnya dia menyandarkan pipinya di kepala Hana, menghirup aroma vanila dari rambut Hana.

Kepala Hana rasanya geringgingan karena nafas Pak Abi yang berembus di rambutnya. Untung udah keramas tadi. Kalo tidak? Bisa malu karena kepalanya bau walang sangit.

"Sudah sholat Isya'?" tanya Pak Abi yang diangguki Hana.

"Bapak udah?"

"Belum."

"Setelah ini. Tugas kamu selesai?" tanya Pak yang membuat Hana mengangguk lagi.

"Setelah saya lihat, nanti evaluasi triwulan ya."

Hana mengerutkan keningnya. "Evaluasi apa, Pak?"

"Semuanya. Termasuk pengeluaran, kegiatan kita, perilaku saya dan kamu. Harus ada evaluasi biar bisa dibenahi."

Yang bener ajeeee, pakkkk. Dah kayak organisasi aja ini hubungan.

Ya tapi Hana menurut sajalah, ketimbang dapat kultum.

"Tadi Abi Umi telepon tanya kabar sama nyuruh kita nempatin rumah di sana karena katanya insyaallah Umi dan Abi akan lebih lama di Arab."

Hana mendongak menatap Pak Abi. "Ke saya kok nggak telepon? Ini sebenarnya anaknya Umi Abi Bapak apa saya?"

"Jangan nunggu ditelepon, ya kamu yang harusnya tanya kabar Umi dan Abi," ujar Pak Abi sembari melepas pelukannya.

Dari gerak-geriknya terlihat sekali Pak Abi akan berceramah, jadi Hana langsung mengalihkannya dengan mengingatkan bahwa Pak Abi belum melaksanakan sholat isya'.

"Bapak potong dimana?" tanya Hana sebelum Pak Abi masuk ke dalam kamar.

"Di sebelah minimarket lantai bawah, kenapa?"

"Tukang cukurnya handal," ujar Hana singkat lalu segera meninggalkan Pak Abi menuju sofa untuk kembali berpura-pura sibuk dengan kertas-kertasnya.

***

ILA LIQOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang