Hana membuka mata dan melihat Pak Abi sudah tak ada di tempat tidurnya. Dia menatap jam dinding yang ternyata sudah pukul 4 subuh.
Hana nggak dibangunin?
Bejir, bejir, bejirrrrr.
Ini si Bapak sedang mengibarkan bendera perang??
Terdengar suara percikan air dari kamar mandi, menandakan Pak Abi ada di sana.
Eh, apa Pak Abi kesiangan? Tapi masak iya seoarang Pak Abi kesiangan??
Hana mengedarkan pandangannya ke sekitar, sudah ada sajadah yang terhampar artinya Pak Abi tak kesiangan, memang sengaja tak membangunkan Hana sebelum subuh seperti biasanya.
Artinya mereka sedang ... fight.
Baiqlah kalau begitu Pack. Hana akan meladeni.
Hana bangkit menuju ke arah baju koko Pak Abi berada yang terdampir di pintu lemari, lalu Hana menyembunyikannya di bawah selimut. Dia juga menyembunyikan lima koko lainnya agar Pak Abi tak memiliki baju lain selain kemejanya. Haha.
Yang tanya kenapa baju koko Pak Abi hanya lima karena lainnya berada di kardus yang masih terbungkus rapi setelah pindahan waktu itu.
Pak Abi keluar dari kamar mandi setelah Hana berhasil menyembunyikan baju koko Pak Abi.
"Bapak nggak bangunin saya?" tanya Hana sembari berkacak pinggang.
Pak Abi mengedikkan bahunya, lalu berjalan ke arah handuk berada tanpa menjawabnya.
Hana membulatkan mulutnya. Jadi beneran mereka sedang bertengkar? Dia kira selepas bangun tidur Pak Abi akan melupakannya.
Okeh kalo begitu. Bapak yang mulai ya ....
Hana berjalan ke arah Pak Abi dan pura-pura tersandung sehingga Pak Abi dengan refleks menangkap tubuh Hana sehingga tubuh dan kulit mereka bersentuhan.
Artinya, wudhu Pak Abi batal. Haha.
"Makasih, Pak," ujar Hana sembari menepuk bahu Pak Abi ringan dengan senyum lebar terpatri di bibirnya.
Setelahnya Hana berjalan santai ke arah kamar mandi.
"Kamu sengaja kan?" tanya Pak Abi dengan intonasi tak percaya kala baru sadar bahwa wudhunya telah batal.
Hana menoleh. "Sengaja apa?" tanyanya balik dengan ekspresi pura-pura polos.
Pak Abi menatap Hana selidik.
Dan Hana menjulurkan lidahnya meledek sebelum akhirnya tenggelam di balik pintu kamar mandi.
Tak sampai sepuluh menit, Hana selesai dengan urusan mencuci muka, sikat gigi, dan wudhu. Dia pun segera keluar dari toilet sebab pasti keluarganya sudah mulai berkumpul di mushola rumahnya itu.
Saat membuka pintu, tiba-tiba Pak Abi berdiri menghalangi jalannya dengan lengan yang terlipat di depan dada.
Dari ekspresi wajahnya, tampak sekali bahwa Pak Abi dendam padanya dan ingin membalasanya.
"Pak janganlah, Pak. Semuanya pada nunggu di bawah," ujar Hana.
"Saya nggak ngapa-ngapain," ujar Pak Abi.
"Bapak mau bales keisengan saya tadi kan?"
"Berarti tadi beneran kamu sengaja batalin wudhu saya?"
Oh oh kamu ketahuan~~
Pak Abi menghela napas lelah.
"Terus baju saya ke mana? Semuanya nggak ada di lemari."
Hana menggelengkan kepalanya dengan bibir bergetar menahan tawa, membuat Pak Abi tahu jawabannya meski tak diucapkan oleh mulut Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.