Semalaman Hana menangis di kamarnya ketika Umi memberikan gamis brokat berwarna cokelat muda untuk dipakai besok. Hingga keesokan hari, kantung matanya membengkak.
Umi datang membawakan kompresan dingin agar matanya sedikit kembali pada aslinya.
"Wes, Nduk. Bismillah wae. Umi sama Abi dulu, ya, takut. Tapi alhamdulillah sekarang jadi punya madmu dan kamu."
Hana memberengut sembari menekan es di matanya. "Hana ini anak cewek satu-satunya Umi dan Abi, kenapa begitu gampang mau melepas Hana."
Umi tersenyum lembut. "Sama sekali tidak gampang. Semalam Umi dan Abi berulang kali memikirkan lagi. Namun kesimpulannya ini yang terbaik. Dia orang baik. Allah beri kesempatan langka ini untuk kamu. Tidak semua orang cepat dipertemukan dengan orang baik."
Umi Hana berdiri dari duduknya. "Dandan yang cantik, Nduk. Tutupin itu mata bengkaknya. "
Setelah mengucapkan itu, Umi keluar dari kamar Hana untuk mempersiapkan segala hal di luar. Sedangkan Sang pemilik kamar yang mendengar ucapan wanita paruh baya itu tersenyum miring.
Calon mertua ilfeel ke menantu yang kayak gimana?
Tanpa make up?
Atau make up menor?
Menurut kalian gimana?
Bentar, kalo tanpa make up, bare face Hana menawan sekali. Dia terlihat anggun dan tak pecicilan.
Sepertinya dandan menor yang paling tepat, ya?
Haha, jika dia tak bisa merengek baik-baik pada umi dan abinya, maka jalan satu-satunya membuat ilfeel calon besannya.
Hana mengambil pensil alisnya lalu melukiskan arsiran indah di area bulu alisnya hingga membentuk sebuah karya seperti celurit Madura.
Bagian depan kotak, dan bagian akhirnya begitu tajam. Mana warnaya hitam pulak.Hana tertawa geli melihat maha karyanya. Seumur-umur ini kedua kalinya dia melihat alisnya dilukis seperti itu. Yang pertama saat karnaval TK dulu.
Hana mengambil eye shadow.
Warna apa yang cocok untuk dandanan hari ini?
Merah? Tidak-tidak, itu warna pelakor.
Hitam? Tidak, dia bukan mau jadi muridnya Deddy Corbuzier.
Akhirnya Hana menjatuhkan pilihannya pada warna biru dengan paduan abu di ujung.
Step selanjutnya adalah eyeliner. Hana menimbang-nimbang, garis seperti apa yang cocok melengkapi make up gila pagi itu.
Garis naik tinggi seperti cita-citanya? Atau turun seperti nilai dari Pak Abi? Lalu garisnya akan tebal seperti make up-nya saat ini? Atau tipis seperti akhlaknya?
Hana pun memilih opsi pertama, garis tinggi yang tebal. Kombinasi yang sempurna.
Step terakhir Hana mengambil lipstik berwarna dark cokelat. Jika kalian bertanya mengapa bukan merah merona? Jawabannya karena dia bukan akan melabrak pelakor.
Hana meletakkan lipstiknya setelah memoles benda itu di bibirnya. Dia menatap karya seninya. Begitu perfect. Saking perfect-nya sampai dia sendiri merinding melihat wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.