Saat bangun tidur tadi rasanya Hana malu sekali, dia tak bisa bertatap pandang dengan Pak Abi karena tragedi semalam.
Iya, anggap saja kejadian semalam sebagai sebuah tragedi sebab saat itu otak Hana tak berfungsi dengan betul sehingga terjadi begitu saja. Kejadiannya begitu cepat, tiba-tiba Hana sudah menyesalinya.
Apa Hana laporin aja Pak Abi ya?? Tapi ke mana?? Kira-kira malu-maluin nggak ya kalo alasannya anu?
"Dipelototi segimanapun itu bubur nggak mungkin takut," ujar seseorang yang membuat Hana tersadar bahwa dia sedang berada di meja makan bersama Pak Abi yang baru datang lari pagi tadi.
"Baru bangun, harap maklum, otaknya belum sinkron. Lagian tumben Bapak nggak bangunin saya, biasanya subuh udah ribut ini itu meskipun saya lagi halangan," ujar Hana yang membuat Pak Abi berdehem kecil.
Hana berhenti bergerak untuk beberapa detik.
Pak Abi gugup??
Jadi Hana bukan satu-satunya yang merasa canggung di sana? Haha!
"Udah, kamu aja yang kebo," ujar Pak Abi sembari melahap buburnya.
"Bohong dosa loh," timpal Hana yang membuat Pak Abi diam tak mendebatnya alias ... PAK ABI MEMANG TAK MEMBANGUNKANNYA!
Amboyy amboyyyy🫣🫢
Hana menahan senyumnya. Ternyata Pak Abi mode gugup dan salting seperti ini menyenangkan untuk dilihat. Apa tiap hari aja ya? Lah? Loh? Apanya?
"Bapak sebelum nikah punya kriteria cewek yang mau dinikahin nggak sih? Kalo ada, apa?" tanya Hana yang random saja mengatakannya, agar sarapan itu tak krik krik.
"Lagi makan, tengkarnya nanti aja," ujar Pak Abi sembari memeriksa ponselnya.
Hana memicingkan matanya. "Jadi maksud Bapak kriteria cewek yang mau Bapak nikahin jauh dari saya?"
"Memang," katanya sembari mengangguk mantab.
"Bapakkk!" protes Hana sembari meletakkan sendoknya begitu saja.
"Kan, dibilangin nanti aja habis makan," ujar Pak Abi sembari mengambil tisu dan melap bekas makanan di meja dari sendok Hana.
"Lagian si Bapak!" ujar Hana sembari mengambil sendok baru.
Pak Abi menaikkan kedua alisnya. "Kamu yang nanya, kamu juga yang ngambek. Ya masa saya nggak boleh punya tipe idaman? Itu kan doa, ya siapa tahu dikabulkan meski realitanya dapet kamu," kelakar Pak Abi yang membuat Hana melotot.
Are you kidding me, Pakk??
"Bercanda," ralat Pak Abi kala melihat Hana akan meledak.
Hana memutar bola matanya malas. "Bercandaannya jelek," celetuk Hana yang membuat Pak Abi tertawa lepas.
"Masih butuh jawaban nggak?"
"Udah males."
"Yaudah."
"Bisa langsung jawab aja nggak?" sindir Hana yang membuat Pak Abi kembali tertawa.
"Tipe saya berubah seiring umur saya bertambah. Dulu saat remaja tipe saya A, B, C, D, harus E, F, G kalau tidak saya tidak mau, tapi seiring saya bertemu dengan banyak hal di dunia ini saya hanya meminta ke Allah untuk dikirimkan wanita yang jujur, mengerti, dan mau diajak perubahan."
"Anak Abah Anies, ya?" kelakar Hana yang hanya ditanggapi kekehan ringan oleh Pak Abi. Dosennya itu lalu melanjutkan ucapannya.
"Kenapa hanya tiga itu? Karena saya sendiri mengusahakan tiga hal tersebut ada di diri saya. Jadi maksudnya, yang saya sanggupi di hidup saya juga harus disanggupi pasangan saya karena dengan itu visi misi hubungan berjalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ILA LIQO
Teen FictionHana yang pecicilan dijodohkan dengan Pak Abi, dosennya yang super tenang.