49

3.3K 331 36
                                    

Minggu pertama KKN, Angkasa membuat strategi untuk memperkenalkan keberadaan para mahasiswa ke warga desa agar proker-proker mereka ke depannya disupport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu pertama KKN, Angkasa membuat strategi untuk memperkenalkan keberadaan para mahasiswa ke warga desa agar proker-proker mereka ke depannya disupport. Caranya dengan mengikuti kegiatan mereka sehari-hari.

Itu sebabnya sebelum subuh posko kelompok 17 sudah ramai dengan obrakan Hana dan Angkasa yang membangunkan teman-temannya agar ikut berjamaah dengan para warga.

"Seng Islam tangi! Seng Islam KTP yo tangi! Seng Kristen, Katholik, Budha, Konghucu yo tangi pisan, ben adil!" ujar Angkasa sembari menggedor pintu kamar para lelaki dengan tak sabaran.

Lain dengan Angkasa yang membangunkan teman-temannya dengan ricuh, Hana menepuk pelan lengan tujuh wanita di kamarnya dan berucap lirih agar tak mengejutkan sang empu.

"Resti, sholat?"

"Jihan, Ji, sholat?"

"Luna, yuk sholat yuk, entar tidur lagi."

"Zee, kamu Islam beneran nggak?" tanya Hana karena sudah tiga hari di sana Zee selalu ikut subuhan, tapi semalam tiba-tiba dia berceletuk katanya pura-pura Islam biar nggak ditinggal di posko sendirian.

Setelah membangunkan para wanita yang hanya 3 orang yang berhasil dibangunkan, Hana keluar untuk mengecek para lelaki di ruang sebelah.

"Udah bangun semua, Pak?" tanya Hana pada Angkasa di pintu kamar para lelaki yang tampak memainkan ponselnya.

"Belum, tapi lagi antri toilet," ujar Angkasa yang membuat Hana mengangguk. Maklum kamar mandi di sana hanya dua. Satu khusus laki-laki, satu khusus perempuan. Yang memakainya tak sesuai gender, maka besoknya harus berpenampilan lain gender.

Oiya perihal panggilan 'Pak' itu, Hana lakukan agar tak ditanya-tanya temannya. Di kelompok 17 hanya Angkasa yang kating, kalau dia memanggil Angkasa dengan nama saja pasti akan membuat temannya heran sebab mereka saja memanggil Angkasa dengan panggilan sopan seperti: Pak Don, Mas, Koko.

Akhirnya Hana memutuskan memanggil Angkasa dengan panggilan Pak Ketu.

Kalau memanggil Angkasa dengan sebutan Mas, takutnya ada yang tantrum panggilannya disamakan dengan mantan.

Setelah mendengar jawaban Angkasa, Hana mengangguk lalu dia pergi ke dapur untuk menanak nasi agar nanti hanya tinggal memasak lauknya saja.

Yang tanya Hana menanak nasi dengan apa, selalu ingatlah pada orang kaya di kelompoknya.

Lusa kemarin tiba-tiba mereka membuat gebrakan dengan mendatangkan mobil pengangkut barang yang berisi dua magic com, dua kompor dengan masing-masing dua tungku, peralatan dapur inti, satu kulkas kecil, 20 kasur tipis, mesin cuci, dan dua AC floor standing. Jangan tanyakan bagaimana listrik 450VA bisa menanggung itu semua karena ternyata Angkasa menyiapkan payung sebelum hujan. Dia meminta izin pada Pak Kades untuk merubah daya listrik di posko menjadi 2200VA.

ILA LIQOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang