Bagian 2

9.3K 462 0
                                    










Helga mengangguk mengerti, sejujurnya ia merasa iba namun beberapa hal kadang terjadi di luar kendali manusia salah satunya kehilangan pekerjaan yang Noa alami.

"Lo mau kerja apa? Biar gue bantu tanyain ke Kak Marko, siapa tau di kantornya ada lowongan."

Noa meraih tangan Helga ia mengangguk dengan cepat dengan mata sendunya yang penuh syukur, "makasih Hel, gue jadi OB juga gak masalah, jadi kang sampah di kantor gak masalah yang penting gak nganggur," Ujar Noa dengan segala keyakinan.

"Sama-sama, terus pengobatan Baba lo gimana? Lo sekarang pegang uang?"

Noa menggeleng lemah, sejujurnya Noa malu mengatakan jika ia juga sedang bingung dengan pengobatan Babanya. Ia tak mampu membeli obat dengan harga limaratus ribu setiap bulannya. Namun rasanya sangat tak tahu diri jika ia meminjam uang pada Helga. Noa merasa akan semakin merepotkan sang sahabat.

"Lo butuh berapa?" Tanya Helga sembari membuka ponselnya namun Noa segera meraih tangan Helga.

"Lo mau ngapain, gak usah--"

"Noa please, stop gak enakan sama gue, cuma gue yang lo punya, kan? Jadi biarin gue nolongin lo, jangan di tolak atau gue bakal sakit hati banget."

Noa akhirnya mengangguk mengiyakan, alhasil Helga memberinya uang dengan nominal lebih dari cukup untuk pengobatan sang ibu. Berakhir mereka berpelukan dengan erat sembari Noa menumpahkan air matanya dengan haru.
















***
















Suara bantingan barang terdengar dari kamar dengan  pintu bercat abu-abu di sudut lantai dua rumah besar keluarga Mahendra di malam yang kian larut. Sosok lelaki cantik terus saja menangis sembari mengetuk pintu kamar sang putra, sudah selama satu jam sekiranya sosok sang putra mengurung dirinya di dalam kamar.

"Jo, Joshua, Sayang, buka pintunya Nak!" Sosok lelaki kecil itu tak menyerah, suami dan putra sulungnya masih sibuk dengan pekerjaan mereka maka di rumah hanya ada Tyan dan seorang asisten rumah tangga yang seringkali menginap dua bulan ke belakang.

"Jo! Jo Bubu mohon buka pintunya Nak," Tyan terus menangis namun seakan tuli Joshua tak menggubris, sebuah teriakan Joshua terdengar menggema semakin membuat Tyan panik.

Tyan terburu merogoh ponselnya untuk menelpon sang suami, memintanya untuk pulang karena khawatir Joshua akan menyakiti dirinya sendiri. Beruntung Jaren sang suami segera menjawab telponnya dan mengiyakan untuk pulang ke rumah lebih cepat.

Selang tiga puluh menit kemudian, saat suara dari kamar Joshua hening, Jaren segera mendobrak pintu kamar sang putra dan mendapati jika sosok bungsu itu tengah duduk bersandar ke sisian ranjang dengan tatapan kosong. Sementara maket-maket dan kertas-kertas telah hancur dan berceceran di lantai kamarnya.

"Joshua!" Tyan buru-buru menghampiri sang putra lalu memeluknya erat, "Josh, kamu ngapain sayang, ada yang sakit, sini Bubu liat," Tyan melepaskan peluknya lalu memeriksa kondisi wajah, tangan bahkan membuka pakaian atas Joshua, namun yang ia dapati hanya tubuh gemetar Joshua terutama pada bagian tangan yang sangat kentara.

"Kenapa, ada yang sakit, kepala kamu sakit, Bubu panggil dokter ya Sayang--"

"Sayang tenang, tenangin kondisi kamu dulu," Ujar Jaren sembari mengusap bahu sang suami.

"Mas! Kamu liat anak kita Mas ayo bawa Jo ke rumah sakit!"

Jaren tak menggubris namun ia berganti menghampiri sang putra dan menyentuh lengan Joshua yang sedari tadi hanya diam dengan pandangan kosong.

"Ada yang sakit, Nak? Mau Papi panggilin Dokter Arsya?"

Namun Jo menggeleng, ia menatap sang ayah dengan tatapan sedih, Jo mengangkat tangannya yang terlihat sangat gemetar.

"I cant draw anymore, Pi, i cant .... Tanganku gak bisa pegang bolpoint."





















Tbc ....











Cast:





Tyana Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tyana Mahendra

Jaren Mahendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jaren Mahendra

Marko Mahendra 26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marko Mahendra 26

Marko Mahendra 26

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Windu Wiryawan



Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang