Joshua menghiraukan Noa yang masih berdiri dengan nampan buah di tangannya, mengambil earphone lalu mulai memainkan game mobile di ponselnya. Noa terdiam dengan perasaan cukup kesal, itu hari pertama, Noa belum dapat melakukan hal ekstrim untuk menertibkan lelaki setahun lebih tua darinya itu.
Noa bersimpuh di lantai, mata bulatnya menatap ramah sosok lelaki yang sama sekali tak peduli akan eksistensinya itu.
"Mas, udahan main hpnya, mending makan ini terus istirahat," Noa bicara dengan suara manis bahkan terkesan manja.
Josh menghela napasnya lalu melirik ke arah Noa dengan tatapan tajam, itu pertama kali ada seseorang yang cukup mengganggu privasinya, "gue gak laper, lo mending tunggu di luar kamar, berisik."
Joshua yang bersikap sinis adalah sesuatu yang tak Noa takuti, ia tahu konsekuensi atas pekerjaannya termasuk menghadapi sikap Joshua yang sangat menyebalkan.
"Mas yakin?" Tanya Noa masih berusaha.
"Lo denger tadi gue bilang apa? Sekali aja lo lakuin hal yang gak gue suka, lo bakal gue pecat."
Noa terdiam, matanya saling tertaut dengan iris legam Joshua yang terlihat sinis. Noa tak ingin ambil resiko, ia lalu menaruh senampan buah di atas nakas lalu tersenyum lebar di hadapan Joshua.
"Okay, Mas makan aja sendiri nanti. Aku tunggu di luar, tapi pleasee banget Mas jangan kelamaan liatin hpnya, nanti kepalanya sakit." Setelahnya Noa berjalan keluar dari kamar lelaki itu lalu menutup pintu dengan pelan.
"Am i a kid?" Josh bergumam sendiri. Darimana Marko menemukan perawat cerewet seperti itu, Josh tak mengerti.
Noa duduk dengan tenang di sebuah sofa yang berada di sudut ruangan tepatnya di sisian luar kamar Joshua. Di sana tersedia sofa dan meja kecil dengan vas bunga juga sebuah stopkontak, Noa dapat menduga tempat itu memang tersedia di sana untuknya, karena terlihat kursi dan meja di sana baru saja di taruh bahkan stopkontaknyapun seakan baru saja di pasang. Sepertinya keluarga Josh telah hapal dengan jelas jika salah satu anggota keluarga mereka itu tak akan menyukai ada orang asing di dalam kamarnya, namun tak ingin juga Joshua jauh dari dirinya.
Ternyata menjadi seorang perawat lelaki keras kepala seperti Joshua bukanlah hal yang mudah, Noa baru menyadari hal tersebut.
"Eh Halo, Noa, ya?"
Noa sontak menoleh saat suara seseorang muncul dari arah tangga, pakaiannya terlihat mahal dengan kemeja berbahan silk berwarna hitam, rambutnya sedikit panjang menutupi dahi dan sekitaran telinga, tak luput tubuh kecilnya yang terlihat sangat manis dan menggemaskan.
"H-alo Om--"
"Saya Tyana, Bubunya Joshua dan Marko."
Noa semakin canggung, ia bersikap sesopan mungkin saat lelaki manis itu mengajaknya berjabat tangan. Parfum yang Tyan kenakan sangat elegan membuat Noa tahu jika pastinya tak mungkin ia mengenakan parfum murahan.
"Udah ketemu Josh, Sayang?" Tanyanya dengan ramah.
"Udah, Om, tadi udah kenalan juga."
"Kamu manis banget, ya, Nak, Josh pasti suka."
Noa hanya mengangguk, ia bergumam dalam hati, andai saja Tyan tahu jika ia baru saja di usir dari dalam kamar anaknya.
"Panggil Bubu aja, Ya, Sayang, jangan Om, biar samaan kaya Helga, kamu temennya Helga, kan?"
Noa mengangguk dengan semangat, "iya om--Bu, aku temennya Helga dari SMA," Noa hanya bisa terus tersenyum di hadapan orangtua Joshua itu. Noa tak menyangka jika Bubunya Marko itu sangat ramah dan baik hati walaupun statusnya kaya raya, Noa sama sekali tak merasa di rendahkan di hadapannya.
Tbc ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You | Nomin
FanfictionNoa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang dengan sakit yang cukup berbahaya. sassyna 2024 BxB Boyslove