Bagian 29

4.6K 253 3
                                    

















Untuk kedua kalinya Helga datang berkunjung, pria sebaya Noa itu datang sendirian sembari membawa buah tangan berupa buah-buahan juga roti kesukaan Joshua. Saat melihat kehadiran Helga Noa tak lagi dapat menahan kesedihan yang sudah ia tahan sejak kemarin, ia selalu berusaha kuat di hadapan Joshua, Tyana, Marko, bahkan Jaren, tetapi saat di hadapan Helga seolah bom yang meledak begitu saja, Noa memeluk Helga sembari terisak perih.

"Sshh, Na, it's okay to cry, lo hebat, lo hebat banget," Helga menepuk pundak sang sahabat. Alasan Noa dapat dengan lega menangis juga lantaran Joshua tengah tertidur dengan pulas.

"Lo bener ... Lo bener Ga, jadi perawat orang dewasa lebih berat ... Tapi gue gak tau kalo ternyata beban mentalnya seberat ini .... " Noa tak lagi menahan, ia lelah dan Helgalah satu-satunya yang mengerti akan hal itu.

"Lo hebat, kalo gue jadi lo gue gak akan sanggup laluin ini semua, lo keren," Helga terus memberikan pujian karena ia tau tak mudah menjadi Noa, ia bahkan menangis semalaman saat pertama kali melihat kondisi Joshua di tambah Joshua tak mengingat apapun tentang dirinya.

















"Gue denger dari Kak Marko soal semuanya, Na," Helga mulai bicara saat kondisi Noa sudah membaik setelah kurang lebih lima belas menit menangis. Noa tak mengerti ia melihat Helga dengan tatap bertanya, "soal lo yang di minta Bubu buat nikahin Joshua."

"Oh ... " Noa terdiam, ia menatap Joshua yang tertidur lelap di atas kasur rumah sakit, saat pertama kali ia melihat Joshua, tubuh pria itu tak sekurus sekarang, wajahnya tampan, tubuhnya atletis kekurangannya hanya sikap dingin dan sedikit kasar, "sorry gue gak konsultasiin dulu ke lo, tapi gue harap lo ngerti tentang apa yang gue rasain, gue yang liat gimana kondisi dia selama ini, jadi ... Gue punya alasan kenapa gue iyain permintaan Bubu."

"I know, gue ngerti, tapi gue belum siap liat lo tersakiti."

"I'm not gonna hurt," Noa menatap Helga, Noa berujar seolah jika ia sangat yakin namun Helga sebagai sahabat sejak duduk di bangku SMP itu tahu jelas jika Noapun memiliki ketakutan yang besar dalam hatinya.

"Kemungkinannya besar buat lo terluka, lo tau maksud gue dan lagi, dia gak inget sama lo, dia anggap lo oranglain."

"Gue tau, gue udah paham semuanya dan gue udah pikirin ini semua. Mas Joshua lebih terluka kalo gue ninggalin dia, kalopun Tuhan ambil Mas Joshua, itu udah jadi takdir di hidup gue dan gak akan ada penyesalan setelahnya di banding kalo gue nolak permintaan Bubu, gue mungkin bakalan di hinggapi penyesalan karena gak pernah nyoba."

Helga terdiam, ia tak pernah melihat Noa semenggebu itu sebelumnya. Entah apakah Noa terlalu baik atau memang Noa telah jatuh hati pada Joshua. Yang jelas reaksi itu adalah hal langka yang nyaris tak pernah Noa tunjukan di hadapannya.

"Gue udah nyoba buat ngasih tau lo, gue cuma gak bisa liat lo terpuruk dan kalo itu keputusan lo, tolong janji sama gue apapun yang terjadi ke depannya, jangan terpuruk, lo harus kuat, lo harus ikhlas biar gue tenang biarin lo nikah sama Joshua."

Noa mengangguk, ia lalu dengan segera memeluk Helga, mendekapnya erat, "makasih, Ga, makasih udah baik sama gue, makasih udah jadi sahabat terdekat gue dan makasih banyak udah perhatiin gue."

"Ofcourse, lo itu udah gue anggap keluarga gue sendiri, Na, maafin gue juga yang keliatan gak mendukung lo dalam keputusan ini."

"It's okay, lo cuma takut gue sakit."

Mereka akhirnya menghabiskan waktu berbincang membicarakan hidup yang rumit satu sama lain.















Tbc ...





Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang