Bagian 24

5.8K 340 0
                                    















Joshua melihat raut bingung Marko tentu saja merasa heran, padahal seingatnya Marko sangat dekat dengan kekasihnya sejak jaman sekolah. Bahkan Marko sembat pdkt dengan salah satu teman dari kekasihnya.

"Lo gak inget? Lo amnesia?" Tanya Joshua dengan tanpa beban seolah Markolah yang salah di sana.

Sang kakak tentu saja merasa tersesat dengan kenyataan betapa kacaunya ingatan Joshua, "siapa your boyfriend? Jangan bercanda Joshua gak lucu."

"Wtf, Marko, lo lagi main-main sama gue? Noa, lo gak tau? Dia bahkan udah sering ke sini lo sering ketemu. Dari jaman sekolah lo bahkan udah kenal dan akrab sama Noa."

Marko mencelos, agaknya ia tahu prihal siapa yang tengah Joshua bicarakan. Tidak mungkin Marko salah, selama hidupnya ia hanya mengetahui sang adik memiliki satu-satunya kekasih yang telah lama meninggalkan Joshua, lalu bagaimana ingatan itu berubah menjadi sebuah halusinasi yang sangat kejam jika Joshua menjadikan Noa sebagai objeknya.

"Kapan lo ke rumah sakit lagi?" Tanya Marko ia ingin tahu apa yang dokter katakan tentang kondisi adiknya sedetail mungkin. Orangtuanya pasti merahasiakan sesuatu darinya.

"Mau ngapain? Gue udah gak kenapa-kenapa Ko, lo gak liat gue baik-baik aja?"

"Lo udah bisa kerja?"

Joshua terdiam, sejak kemarin ia hanya fokus bertukar kabar dengan Noa, pria yang meminta ijin padanya untuk pulang sejenak ke rumah orangtuanya dan Joshua tentu saja mengijinkan.

"Oke, gue tanya Bubu," Marko melengos pergi sementara Joshua hanya memandang kepergian Marko tanpa mengerti apapun, selain ia sadar jika belum mengerjakan pekerjaannya entah sejak kapan tiba-tiba ia merasa lupa.

















"Bi Inah, Bubu di mana?" Marko bertanya lantaran tak melihat sang Bubu di dalam rumah.

"Pak Tyan lagi di halaman belakang, Mas, lagi nyiram tanaman," Ujar Bi Inah. Marko segera berjalan ke halaman belakang untuk sang Bubu.

Benar saja Tyana terlihat tengah menenggelamkan kakinya ke dalam kolam, memandangi ikan hias kesayangan Jaren dengan tatapan kosong. Marko perlahan menepuk pundak Tyana sembari duduk di sisinya.

"Marko .... "

"Bubu lagi ngapain di sini sendirian?" Tanya Marko sembari turut menenggelamkan kedua kakinya.

"Liatin ikan peliharaan Papi, lucu-lucu, deh, Bubu nanti mau pelihara ikan koi juga--"

"Are you okay, Bub?"

Hening Tyana tak menjawab, beberapa sekon berlalu hingga tanpa di duga rintikan hujan di luar sana mulai membasahi dedaunan, untungnya kolam ikan kesayangan Jaren itu di payungi sebuah asbes transparan yang menghalau air jatuh ke atas kepala mereka.

"Ofcourse i'm not, Marko, gak mungkin Bubu baik-baik aja."

"Kondisi Adek makin buruk, ya Bub, gimana kalo kita cepet-cepet bawa Joshua ke rumah sakit luar aja, Bub, sebelum semuanya terlambat?"

"Bubu mau Joshua nikah sama Noa dulu sebelum kita pergi."

"Bub!"

Marko tak sengaja meninggikan nada suaranya membuat Tyana sedikit tersentak, bagi Marko keputusan Bubunya itu sangat tidak dapat di terima karena Noa belum tentu setuju dengan ide sepihak itu.

"Bubu sadar, kan, kalo apa yang Bubu mau itu egois?"

"Tapi Joshua mau, Marko, seenggaknya Bubu udah kabulin satu permintaan Joshua."

"Bubu, gak bisa begitu, Joshua itu sakit, Bubu pasti tau kalo sebenernya Joshua gak ngelihat Noa sebagai Noa, kan? Joshua nganggap Noa oranglain, terlebih mantan pacarnya, mantan pacarnya yang udah ninggalin dia, semua ini salah Bub, jangan korbanin anak lain demi anak Bubu!"

"TERUS BUBU HARUS APA MARKO!" akhirnya pecah juga, tangis Tyan menggema di sana, untuk pertama kali selama hidupnya ia berteriak pada putranya sendiri, "Bubu harus gimana demi ngobatin rasa bersalah Bubu yang gak pernah ada di sisi kalian. Marko udah ketemu Helga dan Bubu ... Bubu percaya Helga bisa bikin kamu bahagia, tapi adek ... Adek bahkan bisa mati kapan aja tanpa pernah ngerasain bahagia yang sama kaya kamu. Bubu ini gagal jadi orangtua, Bubu sama Papi gagal jadi orangtua kalian!"




















Tbc ...






Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang