Pagi itu di hebohkan dengan teriakan Joshua yang sangat keras hingga membuat seisi rumah riuh, Jaren, Tyana, Marko dan tentu saja Noa telah berada di kamar si bungsu melihat betapa shocknya Joshua saat ia mengeluh tidak dapat menggerakan kakinya sejak satu jam lamanya.
"I cant! I cant move my legs, Bub!"
Joshua hampir menangis andai saja ia tak ingat ada Noa di sana yang tengah mencoba memijat kakinya yang terasa kaku dan mati rasa.
"Marko siapin mobil kita ke rumah sakit sekarang," Jaren berujar, Marko bergegas pergi meninggalkan ruangan.
"Noa siapin perlengkapan Josh yah, Nak, biar Bubu sama Papi yang temenin--"
"No, you stay, dont even move, Bubu please! I'm scared," Melihat betapa ketakutannya Joshua Tyana akhirnya yang bergegas sementara Noa sibuk memeluk Joshua yang terlihat gemetar dan ketakutan, "am i gonna die, Babe?"
Pertanyaan Joshua membuat Noa menghela napasnya, ia meraih helaian rambut Joshua dan mengusapnya perlahan, "enggak, Mas cuma sakit sedikit, abis ini kita ke rumah sakit, ya, aku temenin."
"Promise?"
"I promise," Noa mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Joshua.
Joshua akhirnya mendapatkan penanganan dan di kabarkan jika kondisinya memburuk, tentu saja, Joshua di sebutkan sudah mengalami kerusakan motorik yang cukup parah, mulai dari memori yang sudah sulit ia bedakan hingga mata yang rabun, juga saat ini fungsi kaki yang tak lagi baik. Maka di putuskan jika Joshua harus di rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.
"Aku mau nikahin kamu dan liat, aku di rumah sakit sekarang Noa? Kamu pasti berpikir buat ninggalin orang cacat kaya aku?"
Noa menggelengkan kepala, ia lalu meraih jemari Joshua yang tidak terpasang selang infus, "no one gonna leave you Mas, aku di sini, Bubu, Kak Marko, Papi juga, kamu gak usah takut."
"Yang paling aku takutin kehilangan kamu."
Noa terdiam, sebenarnya apa yang Joshua lakukan padanya dan apa yang Joshua ingat tentang dirinya mengapa Joshua meperlakukannya seakan ia adalah sosok yang sangat Joshua cintai dan merasa takut akan kehilangan.
"It's okay," Noa kembali mengusap punggung tangan Joshua, ia mencoba sebisa mungkin untuk menenangkan pria itu.
"Hasilnya jelek," Itu adalah kata-kata singkat yang terucap dari bibir Marko saat menemui Noa di bangku depan ruang rawat Joshua.
"Honestly, walaupun dokter gak bilang kita semua udah tau kalo hasilnya jelek."
"Iya, tapi ... Tapi ada yang aneh sama Mas Joshua, terutama perlakuan dia ke gue ... Harusnya gak begini."
Marko terdiam, ia memainkan jari-jarinya dan menimbang apakah ia harus menanyakan topik sensitif itu langsung pada Noa atau tidak.
"Noa, can i ask you something?"
Noa kemudian dengan ringan mengangguk, "ofcourse."
"Bubu udah bilang minta lo nikah sama Joshua?"
Terdiam sejenak, lalu mengangguk adalah jawaban pasti yang Marko terima, "ya, gue udah denger dari Bubu."
"So ... Kalo gue boleh tau ... Lo jawab apa?"
"Gue belum sempet jawab apapun."
"Ohh ... Thanks God," Marko merapatkan kedua telapak tangannya lalu menunduk penuh syukur.
"Kak ... "
"Listen, Noa, semua ini gak ada manfaatnya buat lo, kemauan Bubu dan permintaan gak waras Joshua gak seharusnya lo tanggapin secara serius. I mean, gue gak mau lo hidup susah bareng orang yang sakit-sakitan. Apalagi orang yang gak tau soal perasaannya sendiri, lo bakal sakit--"
"Kak, pelan-pelan."
Benar, Marko terlihat tengah mengejar sesuatu bicara tanpa memperhatikan napasnya sendiri adalah hal yang akan terlihat bodoh. Marko mengangguk beberapa kali hingga obsidiannya bersitemu dengan sosok Noa yang juga menatapnya penuh tanya.
"Noa ... Sebenernya lo di ingatan Joshua bukan lo yang sebenarnya, sosok yang Joshua inget tentang lo sekarang adalah sosok Joa Roslin, mantan pacarnya waktu jaman SMA dulu."
Tbc ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Days With You | Nomin
FanfictionNoa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang dengan sakit yang cukup berbahaya. sassyna 2024 BxB Boyslove