Bagian 23

5.3K 316 2
                                    















Dua hari kemudian Noa kembali ke rumahnya untuk menemui sang Baba seperti apa yang telah ia katakan pada Tyana, dan selama dua hari sebelumnya ia benar-benar di buat bingung dengan sikap Joshua yang menempel padanya seperti tengah merasakan rindu yang mendalam. Bahkan di satu malam Joshua memintanya tidur bersama di kamar Joshua karena pria itu ingin memeluknya dalam tidur.

Tak dapat Noa pungkiri hatinya mulai goyah dengan perlakuan Joshua, pria sakit itu begitu manis padanya, bicara dengan lembut dan menatapnya penuh cinta bahkan seringkali Joshua tak berkedip saat menatapnya, entah apa yang salah hanya saja perbedaan sikap itu tentu saja membuat perasaan Noa sedikit tersentuh.

"Kenapa bengong, Nana lagi kepikiran sesuatu?" Tanya sang Baba saat ia duduk di halaman belakang rumah memperhatikan Babanya yang tengah menjemur pakaian.

"Baba Nana mau tanya," Ujar Noa sembari memainkan kuku jarinya.

"Nanya apa Sayangku?" Lelaki manis itu berjalan menghampiri Noa kemudian duduk di kursi samping sang putra.

"Baba kalo Nana ... Nana mau nikah menurut Baba gimana?".

Windu tampak terkejut, ia terdiam untuk beberapa saat lantaran pertanyaan Noa yang lebih terdengar seperti meminta ijin itu sangat tidak Windu sangka. Setahunya selama ini Noa hanya fokus bekerja dan mengesampingkan urusan asmara.

"Nana mau nikah sama siapa, Sayang, Baba gak tau kalo Nana punya pacar, kenapa gak di kenalin dulu ke Baba?"

Noa menggelengkan kepalanya, ia lalu menatap sang Baba dengan raut sendunya, "Nana gak punya pacar Baba, Tapi ... "

"Tapi?" Windu balas menggenggam tangan putra semata wayangnya itu.

"Majikan Nana mau jodohin Nana sama anaknya Ba."

"Anaknya-- Marko? Bukannya Marko pacar Helga?"

"Bukan, Baba," Noa menyanggah, ia sebenarnya mulai merasa takut untuk mengatakan siapa yang akan menikahinya karena hidup mereka sudah sulit jika saja dan kemungkinan dapat terjadi Joshua meninggal dunia lalu ia akan menjalani hidup seorang diri lagi, Babanya mungkin tak akan setuju.

"Nana ngomong aja sama Baba, gak usah takut, Baba pasti dengerin Nana."

"Baba ... Nana di minta orangtua Mas Joshua buat nikah sama Mas Joshua ... "

Windu cukup terkejut, ia bahkan tak dapat menyembunyikan ekspresinya di hadapan sang putra, bagaimanapun Windu tahu jika sosok Joshua tengah berjuang melawan kanker ganas dan Windupun tahu resiko yang mungkin putranya alami.

"Nana ... "

"Baba, kalo Baba gak ngijinin Nana gak akan terima, Nana mau berhenti kerja aja--"

"Tapi sebenernya hati Nana mau?"

Noa menggeleng, ia bimbang, entah apakah hatinya menginginkan hal tersebut karena kasihan atau perasaan lain, akan tetapi yang ia pahami dalam dirinya lebih ingin menerima tawaran Tyana.

"Nana gak mau?" Windu mengulang dengan pertanyaan berbeda.

"Nana mau Ba, Tapi Nana takut .... "

Windu mengusap perlahan belakang rambut Noa, ia dapat melihat dengan jelas kebimbangan Noa hanya dari raut wajahnya. Windu merasa mungkin jika Noa tak melakukannya putranya itu akan menyesal suatu hari nanti.

"Nana ... Baba gak akan larang Nana, kalo menurut Nana menikah sama Mas Joshua itu sebuah kebaikan yang Nana lakuin, Baba akan terus dukung Nana. Baba cuma minta satu hal dari Nana, kalo Nana sedih, Nana sakit, Nana ada masalah tolong selalu cari Baba, ya?"

"Aaa Baba ... " Noa dengan segera menarik Windu dalam pelukannya
























Marko baru tiba di rumah setelah mengunjungi kediaman Helga untuk menjenguk ayah Helga yang tetiba masuk rumah sakit lantaran pingsan karena mengalami hipertensi, hari itu ia meminta libur dan memutuskan untuk pulang dulu ke rumah pada sore hari. Alasannya ia ingin mengambil charger ponsel beserta beberapa hal yang ia butuhkan untuk menemani Helga di rumah sakit.

Lantaran letak kamarnya bersebrangan dengan kamar sang adik, Marko jadi merasa penasaran untuk memeriksa kondisi adiknya yang tak dapat di pungkiri kondisinya semakin menurun dan sampai saat ini keluarganya masih berusaha menghubungi dokter di beberapa rumah sakit yang berada di luar negeri untuk mengobati adiknya.

"Bro," Marko menyapa saat membuka pintu kamar adiknya ia melihat Joshua tengah duduk di atas ranjang sembari memainkan ipad. Marko mengernyit saat melihat Joshua mengenakan kacamata tak seperti biasanya, "lo pake kacamata lagi Josh?" Tanya Marko keheranan. Betapa tidak, Joshua sudah melakukan tindakan lasik sejak memasuki bangku perkuliahan.

"Burem dikit," Jawab Joshua sembari melirik sekilas ke arah Marko.

"How about your day, Dude? Sorry gue sibuk akhir-akhir ini."

"It's okay, i have my boyfriend beside me, dont worry."

"Boy--what?" Marko cukup tercengang dengan jawaban Joshua, sejak kapan adiknya itu memiliki kekasih baru.




















Tbc ...

"



Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang