Bagian 34

3.9K 227 4
                                    



Di rekomendasikan untuk memutar lagu
Die with a smile, lady gaga & bruno mars saat membaca chapter ini ❤

















Keesokan harinya cuaca di Puncak nyatanya tak pernah di terangi matahari dengan sempurna, walaupun sempat cerah pada siang hari kembali mendung. Lalu apa yang di lakukan Joshua dan Noa di sana, adalah pergi ke area kebun teh di sekitar villa untuk menikmati pemandangan, ngomong-ngomong soal pernyataan Joshua pada hari sebelumnya malam itu Noa hanya menangis dalam pelukan Joshua, mereka menyatakan perasaan satu sama lain dan melegakan apa yang mengganjal dalam hati masing-masing. Hingga di hari berikutnya keduanya benar-benar dapat menikmati suasana bulan madu itu tanpa sedikitpun rasa berat pada hati.

Joshua tak melepaskan genggamannya pada Noa barang sedikitpun, mereka berjalan bersama di jalanan berbatu di keliling kebun teh yang indah nan luas, keduanya mengenakan jaket yang cukup guna menghalau dingin, ada beberapa pemetik teh yang menyapa dan mereka balas dengan santun penuh senyuman.

"Noa ... "

"Ya?"

"Aku udah bilang soal ingatan aku yang silih berganti itu, kan."

Ucapan Joshua di angguki Noa, "ya, semalem Mas bilang, yang soal mantan Mas itu?"

"Hm, aku gak pernah inget wajah dia lagi sejak sakit, semua ingatan tentang muka dia ilang gitu aja, tepatnya di hari aku liat kamu di belakang Marko waktu itu."

Noa mencubit pinggang Joshua, "Mas! Mas cuma lagi ngegombal, kan, norak tau!"

Joshua terkekeh hingga matanya membentuk bulan sabit, ia tersenyum begitu lebar hingga membuat Noa menghentikan langkahnya karena terpesona akan pemandangan itu.

"Kenapa? Aku gak lagi gombal, Sayang," Joshua mengangkat tangannya untuk mengusap rambut Noa, "you are my miracle Noa, aku gak inget kapan aku sejatuh cinta ini sama seseorang. Bahkan aku mulai takut buat mati setelah kita nikah, aku gak mau kehilangan kamu."

Bukan, bukan salah pilihan kata yang Joshua ucapkan karena kenyataannya ia yang akan kehilangan Noa jika ia mati, Noa tak akan rugi apapun saat kehilangannya karena jauh dalam lubuk hatinya, ia tak akan pernah pantas mendapatkan sosok luar biasa seperti Noa.

"Mas, yang penting kita berusaha, Kak Marko udah cari rumah sakit terbaik di luar negeri buat Mas. Aku yakin semuanya bisa kita lewatin."

"Noa i'm so sorry ... " Joshua mengangkat tangan Noa dan mengecupnya lembut, "i love you ...."

Kata terakhir Joshua ucapkan beriringan dengan hujan yang turun di antara mereka, namun bukannya lari keduanya memilih untuk saling berpelukan di sana, dingin itu tidak serta merta membuat sepasang suami itu beranjak, keduanya seakan sengaja membiarkan tubuhnya bermandikan hujan.

Saat pelukan terlepas keduanya memilih mengambil posisi yang cukup dekat, hidung mereka bersentuhan namun tak saling mengecup, Joshua dengan senyuman yang selalu berhasil menyihir Noa dalam pesonanya berujar, "will you dance with me, my Princess?"

Noa mengangguk dengan antusias, "yes i will my Lord ...."

Mereka lalu memasang posisi dengan sebelah tangan Joshua memeluk pinggang Noa dan sebelah tangan Noa mengalung pada bahu Joshua, satu tangan berpegangan erat mereka berdansa tak peduli jika ada yang melihat, tak peduli rintik hujan semakin deras, keduanya tersenyum bahagia seolah tak ada lagi hari esok untuk melakukan hal gila.

Tentu saja Noa menyadari sekecil apapun momen yang mereka lalui sangat berharga, ia merekamnya dengan jelas, wajah Joshua, senyumnya, suaranya, sentuhannya, Noa tak akan pernah sedetikpun melupakannya. Ia tersadar jika kini sudah benar-benar jatuh dalam kehidupan Joshua, si dingin yang diam-diam begitu menyukainya, setidaknya itu kesimpulan yang Noa dapatkan dari setiap cara Joshua memperlakukannya, memujinya, rela berbohong demi dapat bersamanya.

Noa bahagia bersama Joshua, tak peduli jika hanya satu jam lagi ia dapat bersamanya, Noa akan tetap pada pilihan yang sama, Noa tak pernah menyesal memilih untuk hidup dalam jalan cerita pelik Joshua.

















Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang