Bagian 6

6.7K 377 0
                                    















"What the fuck ...." Joshua terdiam di atas tempat tidurnya, ia berniat menggerakan tubuhnya untuk bangun namun ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan, kakinya kali itu sulit sekali untuk di gerakan seolah melawan perintah dari kepalanya, belum lagi bagian paling penting dari tubuhnya itu juga turut terasa sakit. Josh mencoba meraih ponsel yang berada di atas nakas samping tempat tidurnya, seingat Josh semalam Bubunya tidur bersamanya namun sepertinya pagi itu Tyan meninggalkan Josh untuk pergi bekerja.

"Shit," Josh dengan bersusah payah mencari nomor ponsel sang kakak berharap lelaki yang berusia setahun lebih tua darinya itu menolongnya.

"Marko, lo udah berangkat?" Tanya Josh segera setelah panggilannya di jawab.

"Gue masih di kamar, lo kenapa, kenapa telpon what's happening?"

"Come to my room, my legs stuck, gue gak bisa bangun dari tempat tidur."

Tak perlu menunggu terlalu lama, sosok sang kakak akhirnya muncul dari balik pintu dengan wajah panik, ia dapat melihat sang adik terdiam dengan tenang berbeda dengannya yang begitu ketakutan.

"Josh, kenapa? Lo mau ke rumah sakit?"

Josh menghela napasnya, sejujurnya ia sangat malu terus-terusan membutuhkan oranglain untuk membantunya namun mau bagaimana lagi, tubuhnya sangat sulit di ajak kompromi.

"Tolong bantu gue bangun, gue pengen kencing," Ujarnya dengan nada sangat kesal, Josh merasa ingin memukul dirinya sendiri karena merasa hal tersebut tak akan mungkin ia lakukan andai saja penyakit sialan itu tak menyerangnya.

Marko dengan telaten membangunkan Josh, membantunya berjalan dengan kaki terseret ke arah kamar mandi yang berada tak jauh dari tempat tidurnya.


















"Buset, gede banget rumah Kak Marko," Noa bergumam sendiri saat melihat bagaimana rumah di hadapannya berdiri dengan sangat mewah, rumah itu di dominasi dengan ornamen kayu yang sangat kental dengan aura klasik namun tetap memukau mata, halaman rumah terlihat di parkiri beberapa kendaraan mewah, juga sebuah pagar cukup tinggi dengan bahan kayu kokoh juga menjulang di hadapan Noa, lelaki duapuluh empat tahun itu merasa sangat kecil di buatnya.

"Mas, Mas Noa, yah?" Tanya seorang satpam yang menghampiri Noa karena melihat lelaki itu hanya berdiri dengan tatapan kagum.

"Eh, iya, Pak, saya Noa, calon perawat tuan rumah ini," Jawab Noa dengan sopan dan ramah.

"Oh, iya, Mas masuk aja, Mas Marko udah nunggu di dalem."

Noa mengangguk, ia menarik napasnya dalam, merapalkan doa berkali-kali dalam hati semoga mendapat ketenangan dalam berbicara dan menghadapi pertanyaan yang akan di layangkan oleh calon majikannya nanti.

Noa membuka ponselnya dan mengabari Marko jika dirinya sudah berada di depan pintu sang empunya, ia berdiri sedikit gelisah memikirkan perkataan Helga di malam sebelumnya yang mengatakan jika Joshua benar-benar memiliki perangai yang berbeda dengan Marko yang hangat dan humble. Joshua adalah pria dingin dan sangat introvert, karakternya bahkan sudah terbentuk sejak kecil, akan tetapi Joshua dapat menjadi sosok yang sangat perhatian dan penuh cinta saat ia bertemu dengan sosok yang tepat dan Noa akan berusaha menjadi sosok yang dapat membuat Joshua nyaman, itulah tekadnya.

"Noa," Marko menyapa saat Noa tengah fokus pada pikirannya, lelaki itu bahkan tak sadar kapan pintu besar rumah itu terbuka, "masuk, Josh ada di dalem."

Noa tersenyum gugup lalu mengangguk, ia mengekori Marko masuk ke dalam rumah di mana Joshua berada. Jika dari luar rumah itu terlihat sangat mewah, Noa semakin tercengang saat masuk ke dalamnya yang jauh lebih memukau dari tampilan luarnya, Noa sangat tercengang hingga tanpa sadar mulutnya terbuka karena rasa kagum.

"Ayo Noa, Josh ada di kamarnya."




















Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang