Bagian 10

7.8K 435 0
                                    














"Udah makan, Nak?"

Di tanya seperti itu Noa ragu untuk menjawab, sebenarnya ia belum makan sejak pagi karena terlalu excited untuk hari pertamanya, walaupun Marko mengatakan Noa akan melakukan training selama tiga hari sebelum tanda tangan kontrak demi menghindari pinalti, ya, bukannya Tyan dan Jaren kejam, hanya saja perjanjian itu di lakukan demi membuat si pekerja merasa bertanggung jawab, apalagi sosok yang harus Noa urus adalah si bungsu Mahendra tentu saja tak akan main-main.

"Belum Bu, maaf aku tadi terlalu excited buat ketemu Mas Jo, tapi tenang aja, aku gak bermaksud--"

"Noa, sudah, nanti Bubu suruh Bi Inah siapin makan ya, Sayang, tapi Bubu minta kamu jangan tinggalin Joshua, tungguin anak Bubu dia lagi buruk kondisinya akhir-akhir ini. Bubu khawatir.

Noa tersenyum dan mengangguk dengan semangat, "Siap Bubuu!"















Joshua memperhatikan dalam diam beberapa maket yang tersisa, tersusun dalam lemari kaca di dalam kamarnya dengan apik, ia ingat jelas maket pertamanya saat ia mendapatkan ujian di kampus saat semester empat. Joshua tersenyum kecut, ia ragu akankah ia dapat melanjutkan mimpinya untuk terus menjadi arsitek, pasalnya tangan yang sangat vital ia gunakan untuk menggambar perlahan mulai sulit untuk ia kendalikan, perlahan kemampuannya dalam menggambar juga menurun, belum lagi sebuah projek yang tengah ia kerjaan harus berhenti di tengah jalan, Joshua merasakan ketakutan yang tak biasa saat diagnosanya, hanya saja ia mencoba sekuat tenaga menyembunyikannya dari keluarga, terutama dari bubunya.

Josh turun dari ranjang, mencoba menghampiri beberapa kertas yang tergulung dan di taruh di tempat khusus di sudut kamarnya, ia membukanya satu persatu mencoba mencari memori yang akan membawanya pada nostalgia, projek pertamanya, gambar yang sudah terelisasi menjadi sebuah bangunan walaupun ia tak mengerjakan itu seorang diri. Rasa putus asa kembali menerjang saat Josh mulai menyadari mungkin ia tak dapat melakukannya lagi, karirnya, hidupnya, kesenangannya akan berhenti dalam waktu singkat.

"Why .... " Josh bicara pada dirinya sendiri sebelum memejamkan mata menahan rasa marah yang muncul kembali entah dari mana. Tangannya dengan cepat meraih sebuah piala yang ia dapatkan saat lomba menggambarnya semasa SMA.

"WHY!" Joshua melemparnya asal membuat suara cukup nyaring, belum lagi tangannya yang mengacak meja kerjanya hingga alat kerja yang berada di sana tercecer berantakan di lantai, "WHY ... WHY ... WHY ...."

"Mas!" Noa yang dari luar ruangan mendengar racauan putus asa Joshua segera berlari menghampiri Joshua, ia dapat melihat lelaki dewasa itu tengah melempar beberapa benda ke lantai, Noa pernah mendengar tentang tempramen Joshua yang memburuk sejak mulai mengalami sakit dan kini ia dapat melihat sendiri.

"Mas stop," Noa berusaha menghentikan tubuh besar Joshua dengan sekuat tenaga, namun nyatanya amukan Josh begitu dahsyat membuat Noa cukup kesulitan menghentikannya, "MAS!" Noa sontak berteriak lalu memeluk Joshua dari belakang, "shhh, Mas, tenang, ada saya di sini," Noa mengeratkan pelukannya, sejurus kemudian yang terdengar adalah isakan lirih yang sangat menyayat hati. Tubuh Joshua melemas ia menangkupkan kepala di atas meja kerjanya sembari terus terisak.

"Kenapa ... Kenapa harus gue ... " Lirihnya.

Noa melepaskan pelukannya untuk kemudian mengusap pelan bahu lebar sang lelaki.

"Mas, Mas Josh bisa sembuh, Mas harus semangat, jangan putus asa, Mas bisa ceritain apapun ke saya, gak perlu sungkan, Mas gak sendirian ada saya di sini," Noa terus mencoba menenangkan.

Tiba-tiba seseorang berlari masuk ke dalam kamar Josh dengan wajah panik setelah mendengar keributan yang terjadi, "Astaga, Joshua," Bubu menghampiri keduanya dan segera memeluk tubuh sang putra dengan erat, menciumi sisian wajah putranya dengan penuh kasih, "it's okay, Bubu di sini, Sayang, gak apa-apa kalo marah gak apa-apa."

Noa akhirnya hanya berdiri menyaksikan aksi keduanya yang cukup membuat Noa terenyuh, rupanya sebanyak apapun uang yang di miliki tak akan ada artinya jika seseorang dalam keadaan sakit, bagaimanapun sebuah kesehatan adalah sesuatu yang perlu sangat di syukuri di atas segalanya.








Tbc ...

Days With You | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang